2 Jul 2014

ambiguitas dalam diam

diam dalam sunyi....


aku tergugu dalam diam. diamku menyimpan arti, namun tak ada seorangpun yang mengerti arti keheningan ini. sinar rembulan perlahan masuk ke dalam jendela kaca dan menerpa wajahku. kupandangi ratusan lampu jalanan yang bersinar menerangi tiap tiap ruas jalan. kupalingkan wajahku kearah jendela. selalu, dan selalu sosok wajahnya-lah yang membayangi. aaahh.... dia, aku tak bisa mendeskripsikannya dengan jelas. dia bagaikan panorama indah penuh misteri yang tabirnya tak bisa kusingkap.

dulu, dia sosok yang paling kucinta. senyumnya selalu membayangi dalam keheningan. dia sosok yang tak pernah bisa kuraih. aku tak pernah lelah untuk mengejar meskipun aku tau, meraihnya bukan perkara yang mudah. bisa mengenalnya lebih dekat sudah jauh lebih dari cukup untukku.

awalnya kami terasa dekat, namun kini kenyataannya kami sangatlah jauh. ahh.... sunyi, aku ingin dia kembali seperti dulu. kini aku hanya bisa menyesali keadaan ini. seandainya... seandainya saja dulu aku bisa berkata jujur tentang perasaan ini padanya, seandainya lidah ini tak pernah kelu untuk mengatakannya... seandainya, seandainya... seandainya... aahhh.... kini yang bisa kuperbuat hanyalah berandai-andai.

tatapanku nanar memandang sinar sinar lampu jalanan dibalik kaca jendela. perasaanku kalut, hati ku bagai tertutup kabut tebal. sang malam bagaikan mendendangkan nyanyian kepedihan untukku.

manusia lemah karena cintanya...
     manusia lumpuh karena perasaannya...


bagaikan bait berima, hanya kata-kata itu yang bisa kudengar. aku sadar, aku memang sudah lelah dengan ini semua. aku lelah untuk selalu berlari dan mengejar, tapi tak sadar bahwa sebenarnya aku hanyalah berlari ditempat yang sama, tak berpindah, ataupun mencapai garis finish. kata orang, cinta itu buta, tapi untukku cinta itu hanyalah ambiguitas perasaan tanpa batas.

Tidak ada komentar: