17 Mar 2015

patah hati terhebat

disc : well, gak semua hal yang gue posting di blog ini tentang semua kegilaan gue sebagai pecinta badminton dan berita seputar badminton.


entah ada dorongan macam apa yang membuat gue jadi pengen berbagi kisah tentang pengalaman patah hati terhebat dan dampak yang dihasilkan. semua orang pasti mengalami hal yang satu ini "patah hati" iya, patah hati. semua pernah ngerasain ketertarikan dengan lawan jenis pastinya, dan disaat perasaan itu mulaitumbuh dan berkembang, kamu gak bisa menghentikan itu semua secara paksa. itu alamiah bro, suatu bentuk kewajaran selama kamu masih memiliki perasaan dan juga ketertarikan dengan lawan jenis. but, "gak semua perasaan dapat diungkapkan, dan gak semua cinta dapat terbalas" gejala patah hati itu sendiri memang suatu hal yang wajar dan manusiawi.

bicara soal patah hati, di postingan kali ini, gue cuma mau bermelankolis ria dan sedikit flashback soal sakit dan pahitnya patah hati. sekali lagi, ini bukan postingan yang gue bikin semata mata bukan buat sekedar curhat colongan, melainkan gue cuma ingin sharing apa yang pernah gue rasain dan solusi apa yang gue terapin untuk menyikapinya.

semenjak gue jejelin diri di bangku kuliahan, dan kini gue alhamdulillah dah masuk di semester 4 di salah satu sekolah tinggi yang masih dibawah naungan yayasan Trisakti, sekiranya, gue udah ngerasain 2 kali patah hati "terhebat" yang terjadi secara beruntun 2 semester berturut turut. diawali dengan kisah pertama dimana gue, yang notabene cewek normal, gue merasakan ketertarikan dengan salah seorang teman di kampus. sebut saja dia "R" (bukan nama sebenarnya. identitas dirahasiakan demi mengurangi pihak pihak gak bertanggung jawab yang bikin gosip yang nggak-nggak :p).

sebagai cewek normal pasti ada ketertarikan dengan lawan jenis. kisah ini dimulai waktu gue masih duduk disemester 2. jujur, gue adalah tipe orang yang gak gampang "love at the first sight" dan gue akuin itu bukan gue banget, tapi setidaknya, butuh 5 bulan sejak mulai menjadi mahasiswa aktif buat gue perlahan menyukai cowok tersebut, jadi ini intinya bukan cinta pada pandangan pertama, karena awalnya dulu gue sempet ilfeel sama cowok itu. itulah perasaan, terkadang ia tak pernah serasional logika dalam bertindak dan mengambil keputusan. jadilah selama 5 bulan pula gue menyukai cowok tersebut. gak bukan orang yang bisa ngungkapin apa yang gue rasa. bagi gue, bilang suka ke cowok itu sedikit terdengar "something stranger" buat gue. mungkin sudah kodratnya perempuan hanya bisa menunggu, menungu sebuah kepastian yang belum tentu itu pasti. perlahan, perasaan tersebut mulai tumbuh seiring kita sering bercanda bareng, sharing bareng, dan segala macam. tapi itu semua gak bertahan lebih dari 5 bulan semenjak negara api menyerang (lhaa??). 5 bulan buat gue untuk mendam perasaan itu ibarat 5 bulan nahan boker yang udah diujung, dan itu emang sakit (pake banget). setiap hari, selesai sholat, gue gak pernah lupa nyelipin nama dia dalam doa, berharap sama tuhan "seandainya dia emang jodoh gue, tolong buat gue untuk tetap terus didekat dia dan menjadi yang terbaik untuk dia. tapi kalopun bukan jodoh coba check lagi yaallah, siapa tau aja emang dia jodoh gue" (nb: oke, itu ciri ciri doa para pemendam perasaan yang salah yang rada maksa). dia adalah ketidak kemungkinan yang selalu gue semogakan.

5 bulan tanpa respon dan balasan, itu jauh lebih ngeness lagi mamen, dan itu sakitnya jadi makin double. dan perasaan itu berakhir ketika gue tau, dia gak punya perasaan yang sama seperti yang gue rasain ke dia. ditambah lagi, waktu itu dia lagi terlihat "intim" dengan salah satu teman wanita. patah hati? udah pasti jangan ditanya. setelah itu, gue bahkan berhenti untuk menyisipkan nama dia dalam setiap doa gue. bagi gue, "it's like a game over" permainan selesai, perasaan pun selesai. satu pekerjaan rumah yang harus gue selesaikan "move on, dan bunuh perasaan gue buat dia"


ternyata kisah gak berakhir sampai disitu. disaat gue udah berhasil "move on" dan memusnahkan perasaan gue ke cowok sebelumnya, saat gue beranjak duduk di semester 3, gue kembali memiliki ketertarikan dan perasaan ke seorang senior yang sebut saja dia "A" (*bukan nama sebenarnya. identitas dirahasiakan .red). dengan si cowok A, gue merasakan adanya kenyamanan disana. seperti kata orang bijak "witting tresno jalaran soko kulino" (*bener gak siih tulisannnya?) cinta tumbuh karena seringnya bersama. bagi gue, A adalah tipe cowok kalem yang helpful banget. gue tertarik dengan dia, bukan soal seberapa ganteng atau seberapa kaya doi punya harta. dan bukan soal kendaraan apa yang doi pake apakah dia bawa motor atau bawa mobil, karena sejatinya, gue bukanlah tipe cewek kekinian yang milih milih pacar dari bawaannya. "if u have a good behavior and you can make me feel so interest to looking at you, i make sure if i will love you at that time". tau apa yang membuat seseorang menyukai lawan jenisnya meskipun ia gak seganteng aktor korea sekalipun? well, yang gue tau untuk ukuran seorang wanita sih biasanya yang paling berperan adalah "kenyamanan". bicara soal kenyamanan, gak akan ada yang bisa menampik hal tersebut. kita hidup pasti membutuhkan rasa aman dan nyaman bukan? coba bayangkan jika anda hidup penuh kemewahan, memiliki pasangan tampan namun tak memiliki rasa nyaman dan yang ada malah tertekan dengan itu semua? so, kenyamanan disini begitu mengambil peran penting dalam menentukan kesuksesan sebuah hubungan yang harmonis. hal itu juga yang gue rasakan saat menyukai si A. gue merasa nyaman bersama dia. gue merasa respect sama dia. tapi masa masa indah kayak gitu ternyata gak bertahan lama ketika seorang wanita sebut saja wanita "A" (*bukan nama sebenarnya .red) yang ternyata adalah teman dari si cowok "R" yang menjadi competitor gue untuk mendapatkan si cowok "A". namun, lagi lagi hoki bukan berpihak sama gue. jadilah, si cewek "A" yang menang dalam pertempuran mendapatkan si cowok "A". sebagai pihak yang kalah, meskipun kalah, gue tetap harus kalah terhormat. gue perlahan menjauh mundur, mencoba mengikhlaskan, dan mencoba untuk menata hati dan perasaan yang kacau balau.

well, kenyataannya, mengikhlaskan sesuatu itu merupakan sesuatu yang sulit. itu setidaknya yang gue rasakan. apalagi mengihklaskan perasaan tersebut ke seseorang yang ternyata rival kita sendiri. sakitnya tuuhh.... dimana mana (*tunjuk semua badan)

kini dua patah hati terhebat itu udah jadi luka masa lalu yang coba gue kubur, gue kafani dan gue puruk-kan jauh ke dasar hati yang terdalam, berharap semoga perasaan yang mati itu bisa tenang dan gak mengganggu gue lagi. untuk saat ini, gue belum berfikir untuk membuka hati lagi. bukan karena trauma, emang karena belum ada yang pas.

satu hal lagi yang gue sadari, adalah pentingnya peranan waktu. ya, waktu! "remember, timing! timing it's everything". gue sadar, cinta dan jodoh itu bakalan datang diwaktu yang tepat, di tempat yang tepat dan cara yang tepat! mengapa begitu? setelah gue pahami, gue jadi ingat korelasi antara jodoh dan perasaan dengan ketemu idola. well, gue mengidolakan liliyana natsir aja udah 10 tahun, FYI aja sih (*iya, 10 tahun, dari jaman masih eSDe ampae udah kuliahan begini). tau, perlu waktu 7 tahun untuk gue bisa ketemu secara langsung idola gue, bertatap muka secara langsung, dan waktu 7 tahun itu bukanlah waktu yang singkat! dari situlah gue belajar bahwa, kesempatan itu akan datang di waktu yang tepat. siapa yang bersabar dan bersungguh sungguh, pasti selalu ada hal baik yang tak terduga untuk kita.


Meme Lucu Sakit Hati



conclusion: patah hati mengajarkan kita untuk jadi pribadi yang lebih kuat. mengajarkan kita untuk mengikhlaskan sesuatu yang sejatinya bukan milik kita yang hanya sebuah titipan. ingat, urusan jodoh dan segala sesuatu hanya ada pada waktu! jika memang sudah ditakdirkan pada waktunya, bukan tidak mungkin semua akan indah pada waktunya. dan satu hal terpenting yang bisa kamu dapatkan dari patah hati ini adalah "KEDEWASAAN". ya, kedewasaan bagaimana caranya kamu menyikapi patah hati tersebut. (AU)


jakarta, 17 maret 2015
amelia ulfa

Tidak ada komentar: