Title : setoples kenangan mantan
Author : amelia ulfa
Cast : liliyana natsir
Rendra wijaya
Hendra setiawan
Tontowi ahmad
Genre : comedy, romance
********************************
Lama tak kudengar tentangnya, yang paling dalam tancapkan luka. Satu
hal yang aku tau, terkadang dia juga rindu!
“Hai mantan, piye
kabare?? Masih enak jamanku tho?”
Sepenggal kata-kata kampret itu terus menerus menyesaki
indera pendengaran gue. Hari ini disela sela rutinitas bengong-bengong cantik
gue, gue dikejutkan oleh sebuah telpon dari mantan. Mantan? Hei, whats wrong?
Bagi gue dapet telpon dari mantan gak ada sesuatu yang spesial, tetap sama,
tetap datar, tanpa ada nada canggung atau jaim. Gue tetap cablak seperti biasa.
gue angkat panggilan tersebut dan dari seberang sana, terdengarlah suara renyah
mantan yang persis suara renyahan rengginang lebaran di kuping gue. Mantan gue
namanya rendra, sudah menikah dengan satu istri (*yaiyalah, emang mau niat
poligami? :D). Gue ingat betul suara rendra yang ngebass-ngebass renyah itu.
Yaaahh.. timing-nya memang tepat! Sekarang masih dalam euforia idul fitri. Gue
tau, rendra nelpon gue Cuma untuk mengucapkan “minal aidin walfaidzin” dan
setidaknya dengan sedikit basa-basi ringan.
“hai yana, gimana kabar lo sekarang? Oh iya, by the way,
minal aidin walfaidzin yaa gue, moga lo mau maafin kesalahan-kesalahan kita
waktu pacaran dulu.” Ucap rendra diseberang sana.
“iya, maaf lahir batin juga ren. Tumben nelpon? Biasanya
Cuma ngirim broadcast BBM doang kalo mau ngucapin selamat lebaran.” Selidik gue
diselingi tawa ringan yang sebenarnya terdengar absurd.
“ahahaha... yaahh sesekali nelpon kan gak papa.” Ujar rendra
“tapi lo nelpon gue gak ada niat buat ngajak balikan dan
jadiin gue istri kedua lo kan?” canda gue.
“hahahaha... ya enggaklaah. Gue lelaki yang bertanggung
jawab sekarang yan, jangan samain kayak jaman pacaran dulu.” Jawab rendra yang
terdengar sambil tertawa tertahan.
Obrolan kami berlangsung hangat, penuh dengan canda tawa,
dan omongan-omongan to the point
disana. Yaaahh... bagaimanapun juga, rendra pernah menjadi bagian dari suka
duka kisah asmara gue dijaman kuliah. Tentu saja kan kini dia sekarang sudah
tak se-playboy dulu saat dibangku kuliah? Aahh... waktu terlalu cepat berlalu.
Ternyata kita sudah sama-sama dewasa. Sebelum mengakhiri percakapan, rendra
berkata lirih sekali.
“yaann... gue kangen banget sama lo. Maaf gue pernah
nyakitin lo dulu. gue pengen ketemu, Cuma gue gak pernah punya waktu. lo udah
punya pacar?” tanya rendra.
“no, i didn’t have any boyfriend, i wanna focused in my
job.” Jawab gue santai, enteng, meskipun sebenarnya gue saat itu hanya mencoba
“it’s okay, don’t cry, everything gonna be allright”
“gue pengen meluk lo sekali lagi, gue pengen ketemu lo
sekali lagi yan. Gue mau buktiin kalo sekarang gue udah berubah, gue bukan lagi
rendra yang suka mainin perasaan wanitanya. Semenjak putus dari lo, gue sadar,
selama itu pula gue belajar banyak dari lo tentang bagaimana menghargai
perasaan wanita. Sekali lagi, thanks for everything yan, bye yan, love u...”
Tuuuttt....
tuuuttt....
Panggilan terputus. Rendra tanpa
segan dan ragu mengatakan “love u” buat gue. Aahhh... terimakasih kalian
barisan para mantan! Kalian luar biasa!
**********************
Gue bahkan udah mulai lupa saat
pertama kali ngerasain lara. Mulai dari pupus, sampe cedera hati serius!
tak semua hal-hal yang
berhubungan dengan mantan selalu identik dengan sesuatu yang buruk. “Mantan are come and go. They’re just be a bitter sweet memories in the part of life”
gue kembali melanjutkan kesibukan bengong gue yang gak menghasilkan apa-apa.
Baru gue duduk bersandar di sofa ruang tamu, gue dengar suara deru mesin mobil
masuk ke pelataran rumah gue. Nampak seseorang pria berbadan tinggi tegap
dengan kulit sedikit gelap namun punya raut wajah yang manis keluar dari dalam
mobilnya. Dengan senyumnya yang manis ia berjalan masuk ke dalam rumah gue
tanpa lupa mengucapkan salam. Yaa... ini mantan gue juga. Tontowi namanya.
Lagi-lagi, tak ada rasa canggung yang gue perlihatkan didepannya. gue tetap
bersikap biasa, hanya membalas salam dan senyumannya. gue sempat tersentak saat
dia menarik tubuh gue dan memeluk gue lama sekali. Untungnya gue hanya sendiri
di rumah lumayan besar ini, jadi tak akan ada oknum-oknum jahil yang sehabis
ini mengecengi gue. Ada sekitar 5 menit owi tertahan meluk gue. Gue balas
pelukannya. Gue tau, itu namanya pelukan rindu dari seorang mantan yang setengah
mati merindu. Aahhh... owi masih tetap sama. Gue resapi keharuman tubuhnya yang
dulu sangat gue kangenin. Perlahan, owi melepas pelukannya dan tersenyum lega. Seperti sudah menuntaskan
semua kerinduan yang membuncah jiwanya.
“yan, lama yah kita gak ketemu.
Hampir 2 tahun setelah insiden itu.” Ujar owi yang menatap gue penuh cinta
dengan mata yang mengerjap-ngerjap.
“iya, gue juga. Apa kabar?” tanya
gue singkat.
“gue baik-baik aja. Oh iya hampir
lupa, minal aidin walfaidzin ya... maafin segala kesalahan gue dimasa lalu,
baik yang sengaja maupun yang gak disengaja ya yan...” ujar owi sambil mengacak-acak
rambut gue. Yaaa... gue hafal betul kebiasaan owi saat bertemu gue. Dia suka
ngacak rambut gue, atau kalo gilanya kumat, dia suka ketekin gue tiba-tiba.
(*hiiiihhh.... ini gak adil, mentang-mentang gue lebih pendek dari dia
gittuuu?).
“iya, udah dimaafin kok. Tumben
nih lebaran mau kesini?” tanya gue.
“ahahahaha... iya sekalian
ngiter-ngiter silaturahmi sama mantan-mantan yang terdahulu. Hehehe oh iyaaa...
ini gue juga sekalian mau ngundang lo.” Ujar owi yang menyerahkan sepucuk
kertas undangan warna ivory yang
harum wangi melati.
Gue pandangi sejenak undangan
tersebut.
UNDANGAN
Sabtu, 02 agustus 2014
Tontowi ahmad & michelle harminc
Gue sedikit tertegun melihat
undangan itu. Cukup lama gue tertegun. Tergugu dalam kebisuan sesaat. Finally, diantara sederetan
mantan-mantan gue, akhirnya dia nikah juga, satu persatu mantan gue sudah
menemukan pelabuhan terakhir tempat dimana cintanya akan berlabuh. Gue
tersenyum miris sambil teringat akan diri gue yang sampai sekarang masih
menyendiri.
“jangan lupa dateng ya yaann...
emang sih beberapa hari lagi, Cuma please
dateng ya?? Gue akan sangat bahagia jika lo mau nyempetin diri dateng ke acara
nikahan gue.” Ujar owi yang memecah kebisuan.
“sure, i’ll” jawab gue mantap.
“sedih yaa... seharusnya disitu
bukan nama michelle yang tertulis disitu. Seandainya aja disitu nama lo yang
tertulis disana. Seandainya aja....”
“lo gak perlu berandai-andai”
potong gue cepat sambil meletakkan jari telunjuk gue ke bibirnya. “mungkin
tuhan emang gak menakdirkan kita berjodoh, jangan pernah berandai-andai dan
menolak takdir tuhan wi. Lo harusnya bersukur, lo sebentar lagi akan jadi
suami, jadi kepala keluarga, jadi imam untuk istrinya. Gue bahagia kalo bisa
ngeliat mantan-mantan yang dulu pernah singgah dalam kehidupan kisah cinta gue
udah berhasil menemukan jodohnya. Itu artinya tuhan menunjukkan kepada kalian
kalau gue bukanlah jodoh yang pantas ataupun yang sudah ditakdirkan olehnya.”
Ujar gue tenang, and once again, i hide
up all of my weakness in front of him, i tried to be calm down without one tear
drop out from my eye. Look so strong but my heart was broken like as a glass.
Everything are fake! Too fake!
“yaaann.. maaf, gue nyakitin
perasaan lo. Maaf...” hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut owi.
Gue lihat owi menunduk, gak
berani menatap mata gue. Gue ngerasa ada seuatu yang menghantam hati gue.
Rasanya terlalu sakit. Gue meyerah dengan ini semua, pura-pura tegar ternyata
bukanlah karakter gue yang sebenarnya. Setomboy apapun gue, gue sadar, gue tetaplah
perempuan lemah dengan hati yang rapuh bagai gelas kaca yang kapan saja bisa
pecah terberai tanpa bisa kembali seperti semula. Sebisa mungkin gue tutupi
kesedihan gue dengan melakukan sabotase tisue yang pura-pura gue pake buat lap
keringat. Tapi sepertinya, owi bukanlah pria yang gampang dibohongi. Dia
menangkap jejak-jejak airmata di wajah gue.
“lo nangis yan?” tanya owi lirih.
“no... no... i’m okay, it’s gonna be allright. Don’t worry about that”
ucap gue sambil mencoba tersenyum lepas, but
i can’t lied in front of him.
“gue tau persis siapa lo
liliyana. Maaf, selama ini gue udah bikin lo kecewa. Maaf selama ini gue udah
terlalu banyak ngebuat lo harus numpahin airmata lo untuk orang yang sia-sia
ini.” ujar owi yang entah sejak kapan dia berlutut didepan gue, sambil
mengangkat dagu gue dan menatap mata gue dalam-dalam.
Owi memang pacar terakhir gue
setelah akhirnya gue memutuskan untuk berhenti beberapa waktu untuk dapat
kembali menjalin hubungan dengan pria lain. Owi menyeka pelan airmata gue yang
masih mengalir turun setetes demi setetes. Perlahan gue bisa merasakan hangat
deru nafasnya dipipi gue. Yaa... owi nyium pipi gue. Harus gue akuin, diantara
begitu banyak mantan, hanya owi yang paling gak tegaan liat perempuan nangis
didepannya. Setelah dirasa mulai membaik, owi melepas ciumannya dari pipi gue.
Walhasil pipi gue meninggalkan rona semu kemerahan dan disambut tawa owi.
“kok ketawa sih?” protes gue yang
melihat owi tertawa kecil melihat perubahan warna pipi gue.
“hahahaha... ya gak kenapa-kenapa
sih, gue udah lama gak liat pipi lo bersemu kayak gitu lagi. Lo terlalu putih
sih yan, sampe sampe ronanya keliatan banget.” Ujar owi yang terkekeh.
Gue Cuma bisa tersipu membiarkan
pipi montok titisan bakpao ini mempertontonkan dirinya yang bersemu dengan
centilnya. Gue akui, daya tarik terbesar gue memang pipi yang terlalu cepat
bersemu. Semua mantan gue terlalu gemas dengan pipi gue.
“eehhmmm... yaudah yaa yan, gue
kayaknya harus ngiter-ngiter lagi niihh buat lebaranan sama yang lain. Jangan
lupa dateng ya yan?? Byeee...” ucap owi yang pamit pulang sambil mengelus
lembut kepala gue.
Gue mengantar owi sampai keluar
rumah, hingga sosoknya masuk kedalam mobil dan melesatkan mobilnya jauh
menghilang dari pandangan gue. Perlahan satu persatu dari mantan semua telah
pergi menjauh... menjauh meninggalkan kenangan masa lalunya bersama gue di masa
lalu. Sekarang mereka sudah menatap masa depan dengan pasangan hidup
masing-masing, tanpa gue yang bukan lagi siapa-siapa dalam hidup mereka. Gue
kembali diam merenung, gue perhatikan setoples rengginang yang ada di meja
tamu. Gue ingat, gue dan semua mantan-mantan gue sangat suka dengan makanan
yang satu ini. perlahan gue mulai memakan sekeping rengginang dan kembali
teringat masa-masa indah dimana kami pernah harus saling berebut satu toples
rengginang yang sama disaat lebaran. Yaa... sounds
stupid sekali. Tiba-tiba disaat gue sedang khusyuk menikmati sekeping
rengginang gurih tersebut, sebuah message BBM masuk dan gue lihat siapa
pengirim message tersebut. Hendra? Iya, hendra. Hendra yang kini sudah menikah
dengan istri yang cantik dan buah hati kembar idamannya sejak dulu. Ya, saat
jaman pacaran dulu, hendra selalu berandai-andai suatu hari nanti dia akan
menikah dengan gue, membayangkan nanti gue akan hamil dan melahirkan sepasang
anak kembar berbeda jenis kelamin. Yaaa.... benar-benar impian masa depan yang
membahagiakan. Hendra memang terkenal dengan sosoknya yang kalem dan punya visi
masa depan yang begitu sistematis dan terencana. Namun sayang, angan-angan yang
kami inginkan dimasa depan itu tidaklah sejalan dengan kenyataan yang ada.
Hubungan kami harus kandas ditengah jalan karena tersandung restu orang tua.
Keluarga hendra yang erat memegang nilai-nilai budaya jawa sepertinya kurang
begitu suka dengan gue yang bukanlah berasal dari keturunan jawa. Orang tua
hendra lebih menghendaki hendra dengan seorang wanita chinese nan ayu yang
tinggal disurabaya. Namanya sandiani, memang jika dibandingkan dengan gue,
sandiani jauh lebih cantik, ayu, dan sangat lembut. Akhirnya, hendra hanya bisa
mengalah dengan keputusan orang tuanya, dan gue pun dengan rasa terpaksa harus
merelakan hendra pergi, meninggalkan sejuta kenangan dan angan-angan manis yang
pernah kita pikirkan bersama. Gue baca isi pesan BBM-nya.
“dear yan, minal aidin walfaidzin
yaa?? Maaf lahir batin. Sorry aku gak bisa silaturahmi kerumahmu, aku sekarang
lagi disurabaya, ngabisin liburan lebaran bareng keluarga besar istriku sama
anak-anak. Kamu apa kabar sekarang?” kira-kira seperti itulah yang ditulis
hendra di message BBM-nya.
“gue baik-baik aja kok ndra...
ciieee ayahnya si kembar seneng banget dong yaa lebaranan sama keluarga besar?”
balas gue dengan diselingi emoticon smile.
“iya nniiihh... pada kumpul semua
disini. Kamu gak mudik memang yan?” balas hendra selang beberapa menit
kemudian.
“ahahahah... enggaklah, gue
terlalu sibuk di jakarta hend. Gue gak sempat mudik ke manado. Kita BBM-an kek
gini memang istrimu gak curiga?” balas gue.
“aaahhhh... Cuma ngasi ucapan
selamat lebaran doang, kan gak macem-macem. Oh iya, gimana kabarmu? Udah nikah?
Atau jangan-jangan kamu udah punya anak?” tanya hendra.
“aahh... nggak kok, gue belum
nikah apalagi punya anak. Gue masih sibuk mencari.” Balas gue singkat.
Semenit, dua menit, dan hingga 2
jam berlalu, message BBM gue hanya di “read”
doang. Yaaahh.... mungkin dia sibuk. Terlalu sibuk mungkin. Gue hanya melengos
tanpa arti. Gue lanjutkan lagi acara makan rengginang yang tadi sempat
tertunda. Gue tertegun memperhatikan toples rengginang tersebut. Rasanya
seperti gue tersedot ke dalam toples dan saling bercengkrama dengan para
rengginang. Entahlah, mungkin jika masih ada mantan yang cari gue saat ini,
bilang aja gue lagi curhat sama rengginang. Disaat semua kesedihan akan
kenangan masa lalu kembali muncul, dan tak ada seorangpun yang bisa gue ajak
untuk berbicara dari hati ke hati, maka biarlah gue terlihat sableng
bercengkrama syahdu pada para rengginang, mereka mungkin tak peduli, tapi
setidaknya bagi gue, mereka mampu mengobati keresahan hati yang gelisah merindu
karena hadirnya mantan.
1 komentar:
Casino & Sports Betting | Dr. MD
Las Vegas-style gaming excitement returns! Experience 오산 출장마사지 our new sportsbook at the best place 하남 출장샵 to bet on sports 울산광역 출장안마 and bet 광양 출장마사지 live. Our mobile app 동해 출장안마 is now available for download on
Posting Komentar