Title : gomenasai.
Author : amelia ulfa.
Cast : liliyana natsir as lilian.
Lee young dae as youngdae.
Hendra setiawan as Dr. Henze.
Genre : unknown.
********************************
@tokyo medical
centre. Lilian’s pov.
“nyonya lilian, wajahmu sampai memar begini. Apakah ini ulah
suami – mu lagi?” tanya seorang dokter berperawakan tinggi dengan paras tampan
memeriksa wajahku yang terlihat lebam.
“ahh... anou... waktu tidur wajahku menghantam tembok. Makanya
jadi seperti ini.” Jawabku yang mencoba mencari alasan.
“tak perlu kau tutup – tutupi lagi nyonya lilian. Sudah
pasti ini ulah suami – mu yang semalam membawa seorang geisha ke rumahmu kan?”
tanya dokter tadi yang bernama dokter henze.
“bagaimana dokter bisa tahu kalau suamiku semalam membawa
seorang geisha?” tanyaku heran mengapa dokter henze bisa tahu kejadian semalam.
“semalam aku tak sengaja melewati rumahku karena ya... kau
tahu nyonya rumahku tak seberapa jauh dari rumahmu. Tapi sepertinya aku melihat
suami korea – mu itu pulang mabuk mabukkan sambil membawa seorang geisha.”
Jawab dokter henze menjelaskan.
“oohh... ya, semalam youngdae memang pulang ke rumah dalam
kondisi mabuk. Dan... ia menendangku ke luar rumah. Bahkan tadi pagi saja ia
mengantar pulang geisha tersebut.” Jawabku dengan wajah tertunduk sambil
sesekali butiran air bening mengalir dari sudut sudut mataku.
“suhu badanmu panas sekali nyonya lilian. Kurasa kau demam.
Apa mungkin ini efek karena semalaman kau tidur di luar sedangkan suhu udara
kota tokyo di musim gugur saja dinginnya sama seperti saat musim dingin. Oh ya,
bagaimana kabar perkembangan kanker otakmu nyonya? Apakah sejauh ini ada
keluhan?” tanya dokter henze yang sekalian memeiksa kondisi tubuhku yang
terkena demam.
“ya dok, kanker otakku rasanya makin memburuk saja dari hari
ke hari. Kepalaku semakin lama semakin berat dan serasa ingin pecah. Belum lagi
ditambah perlakuan kasar suamiku yang sejak 3 tahun menikah tak pernah berhenti
menyiksaku baik fisik maupun psikis. Dok, rasanya aku ingin mati saja dok kalau
selamanya aku harus begini. Hidup ini benar benar tidak adil! Aku lelah terus
menerus disiksa oleh suamiku yang seharusnya bisa menjagaku, mangayomi dan
menyayangiku tetapi kenyataannya aku setiap hari harus rela diperlakukan tidak
manusiawi layaknya binatang seperti ini. Aku tidak sanggup selamanya seperti
ini. Ditambah lagi penyakit kanker – ku yang makin hari semakin memburuk. Aku
harus bagaimana dokter?” jawabku dengan tangis yang mulai pecah. Nafasku terasa
tercekat di kerongkongan. Dada ini terasa sesak.
“aku mengerti apa yang kau rasakan saat ini nyonya.
Kusarankan kau banyak bersabar dengan keadaan anda saat ini. Tapi yakinlah
suatu saat nanti air mata – mu akan berubah menjadi kebahagiaan di kemudian
hari.” Jawab dokter henze menasehatiku.
“kesabaranku mulai habis dokter. Tak ada yang bisa kuperbuat
lagi.untuk apa aku hidup lama di dunia kalau selamanya aku harus selalu
menderita seperti ini? Coba dokter pikirkan, apakah hidupku ini berguna? Kalau
hidupku ini berguna mana mungkin suamiku mau menyakiti – ku? Iya kan? Jawab
pertanyaanku dokter.” Jawabku dengan nada ditinggikan, mengeluarkan semua yang
ada di dalam isi hati yang sudah tak dapat lagi menampung segala beban berat
yang bertubi tubi menghadangku.
“please calm nyonya. Sebaiknya kau istirahat sejenak.
Tenangkan hati dan pikiranmu. Setelah ini aku akan permisi sebentar karena aku
masih ada pasien lain yang akan kuperiksa nyonya.” Jawab dokter henze yang tak
lama kemudian membopongku ke atas tempat tidur di ruang rawat inapku. Dengan
penuh kehati – hatian ia menyelimuti tubuhku dengan selimut yang telah tersedia
sambil sesekali ia mengusap rambutku dengan penuh kasih sayang.
“kasihan sekali wanita cantik baik budi seperti nyonya harus
menderita beban berat seperti ini. Rambut panjangnya yang dulu indah kini sudah
menjadi cepak. Kudoakan agar tuhan selalu menyayangi dan melindungimu selalu
dalam lindungannya.” Jawab dokter henze yang kemudian mencium keningku.
.................................
Lilian’s convession :
Aku sudah tak tahan lagi harus hidup dalam penderitaan
panjang seperti ini. Sejak 10 tahun yang lalu aku harus berjuang sendirian
melawan penyakit kanker otak yang menyerangku. Belum lagi ditambah perlakuan
kasar suamiku, youngdae yang selalu menyiksaku baik fisik maupun psikis.
Suamiku, lee youngdae adalah pria berkebangsaan korea selatan. Aku menikah
dengannya karena sebuah kecelakaan. Awal kami bertemu tepatnya 3 tahun yang
lalu saat aku memutuskan untuk berobat di seoul. Waktu itu karena tersesat, aku
menanyakan lokasi rumah sakit yang akan kudatangi untuk berobat ke seorang
eksmud (#eksekutif muda .red) yang ternyata adalah youngdae. Sebelum diantar ke
rumah sakit tersebut, youngdae mengajakku untuk berhenti di sebuah kedai minum,
dan sudah dipastikan, aku mabuk dan tak sadarkan diri. Seingatku, setelah
kejaidan malam itu, aku terbangun di sebuah kamar hotel bintang lima dalam
keadaan sangat memalukan. Duniaku seakan akan runtuh. Apalagi setelah kulihat
youngdae tidur disampingku dalam keadaan yang sama. 3 bulan setelah kejadian
paling nista dalam hidupku itu, aku mengandung anak hasil perbuatan youngdae.
Dan entah bagaimana caranya youngdae bisa sampai ke apartement – ku yang berada
di pusat kota tokyo. Di hari itu juga ia mengajakku ke sebuah gereja untuk
melakukan pemberkatan pernikahan. Awal awal pernikahan kami berjalan harmonis,
namun setelah 5 hari menikah, barulah kulihat sifat asli youngdae yang
sebenarnya. Ia suka menampar, memukul dan menendangku setiap hari. Juga mabuk
mabukkan adalah kebiasaannya setiap hari. Setiap hari, kudapatkan perlakuan
kasar dan caci maki darinya sampai pada suatu hari aku mengalami keguguran
karena ia menendang perutku hingga aku terjungkal ke lantai. Sejak saat itu
pula, secara terang terangan ia suka membawa geisha geisha ke rumahku. Jujur,
saat aku melihat youngdae begitu, aku merasa lebih baik ditelan bumi daripada
harus melihat sifat bejad – nya seperti itu. Oh iya, dokter yang memeriksaku
tadi adalah dokter henze. Dokter pribadi sekaligus sahabatku sejak 5 tahun
terakhir ini. Ia seorang duda yang ditinggal mati istrinya karena kecelakaan.
Entah mengapa ia begitu perhatian sekali padaku.aib rumah tanggaku pun seluruhnya
ia tau betul dan bukan merupakan hal yang tabu lagi baginya. Diam diam, aku
menyimpan rasa sayang pada dokter henze.
......................
“Nyonya... sekarang kita sudah sampai di depan rumahmu”
jawab dokter henze yang membagunkanku.
“ah, terimakasih banyak dokter.” Jawabku lirih.
“mari kuantarkan kau sampai depan pintu rumahmu.” Tawar
dokter henze padaku.
“ah.. tidak perlu dok. Aku bsa melakukannya sendiri. Ini
sudah sangat malam sekali dok. Pulanglah.” Jawabku pada dokter henze untuk menyuruhnya
pulang agar youngdae tidak salah paham.
“sudahlah nyonya, tidak apa apa. Jangan sungkan. “ jawab
sang dokter yang membantuku untuk turun dari mobilnya serta memapahku sampai
depan pintu rumah. Tak butuh waktu lama, youngdae keluar membukakan pintu lalu
tiba tiba saja ia menarik tanganku dengan kasar dan mendaratkan telapak
tangannya tepat di pipiku.
#PLLAAAKKK........
“wanita macam apa kau ini hah? Dasar tak tau diri. Kamu hura
hura diluar sana sampai pulang jam 12 malam begini. Untuk apa kau pulang?? Cih,
bahkan kau juga masih sempat sempatnya membawa siapa ini? Selingkuhanmu hah?
Jawab! Kau tidak tuli kan?” maki youngdae padaku yang sudah lemas terduduk di
lantai.
“tak seharusnya kau berlaku kasar padanya. Apa kau tak sadar
dia ini istrimu? Dengar, ia baru saja kuantar pulang dari rumah sakit dan perlu
kutegaskan sekali lagi padamu, aku adalah dokter pribadinya. Jangan asal bicara
kau baka!(bodoh .red)” jawab dokter
henze sambil mencengkram kerah kemeja youngdae. Sepertinya emosi si dokter
sudah memuncak akibat pernyataan youngdae yang mengira bahwa dokter henze
adalah selingkuhanku.
“masuk ke kamarmu, cepaaatt!!” teriak youngdae yang emosinya
sudah tak dapat terbendung lagi. Ia mendorongku masuk kedalam rumah dengan
kasar.
“bisakah kau hargai sedikit istrimu? Untuk apa kau
menikahinya jika setiap hari kau hanya menggoreskan luka dihatinya? Apa pantas
kau disebut pria sejati?dengar ya, apapun yang tak kuketahui tentang aib
keluarga kalian dan semua keburukan serta sifat bejad – mu youngdae!” jawab dokter
henze serius.
“persetan! Tau apa kau soal aib keluargaku hah?? Hei dengar,
kuharap kau mulai detik ini tak usah lagi menggoda istriku dan cepat angkat
kaki kotormu dari rumahku” jawab youngdae sambil mendorong bahu dokter henze.
“apa? Apa yang kau bilang tadi? Istri? Sejak kapan kau mau
mengakui kalau dia adalah istrimu? Bukankah istrimu itu adalah wanita wanita
heisha yang sering kau bawa kerumah ini? Kau ini begitu bodoh!” jawab dokter
henze yang masih stay here ditempatnya berdiri.
“apa yang kau bilang tadi? Lancang sekali kau laknat! Jaga
ucapanmu itu. Apa hak – mu ikut campur urusan keluarga kami? Awas kau.” Jawab
youngdae sambil berlari ke dalam rumah dan sesaat kemudian ia keluar membawa
sebuah pedang katana yang sangat tajam. Melihat hal tersebut aku tak mungkin
harus tinggal diam! Kulihat youngdae mulai mengambil ancang ancang untuk
menghunuskan pedangnya ke arah dokter henze. Jika sedetik saja aku tak cepat
bergerak untuk mencegah hal tersebut, aku tak tau lagi. Mungkin saja sekarang
nyawa sang dokter sudah melayang. Tapi sial, ujung pedang itu menggores
punggungku. Perih rasanya.
“youngdae jangaaannnn....” teriakku sambil mendorong tubuh
dokter henze ke jarak yang agak jauh agar pedang tersebut tak melukainya.
“dasar kau wanita sial!! Sudah kubilang masuk ke kamarmu!
Apa kau ingin kubunuh juga seperti dia?” jawab youngdae yang membentakku sambil
menghempaskan tubuhku kelantai persis didepan dokter henze yang sudah berdiri
setelah ia sempat jatuh tadi.
“nyonya, apa kau terluka? Tidak ada apa apa kan??” tanya
dokter henze panik sambil membantuku untuk berdiri.
“sudah kukatakan tadi padamu agar jangan menyentuh istriku!
Apa kau tuli? Cepat pergi atau kubunuh kau sekarang juga” jawab youngdae yang
sudah mencengkram kerah baju youngdae dengan nafas yang sedikit memburu penuh
amarah.
“dokter, kumohon... pulanglah. Aku tak ingin terjadi sesuatu
padamu. Ini urusan kami berdua, kumohon pulanglah” jawabku yang mencegat
youngdae dengan cara memeluknya dari belakang agar ia masuk kedalam rumah.
Sepertinya sang dokter mengerti apa yang kuperintahkan dan ia berjalan menuju
mobilnya, tak lama mobil tersebut menghilang dikejauhan.
..................
#pplllaaakkk.....
“istri macam apa kau ini? Berani beraninya kau membawa
selingkuhanmu ke rumahku. Apa kau tak lihat sekarang sudah jam berapa? Setengah
satu malam. Apa pantas kau disebut wanita baik baik? Dasar wanita tak berguna!”
jawab youngdae menamparku berkali kali sambil menjambak rambutku dengan erat.
Jika sudah seperti ini kepalaku semakin terasa sakit tak karuan.
“youngdae, kumohon dengarkan penjelasanku. Dokter henze tadi
adalah dokter pribadiku sejak 5 tahun yang lalu. Tadi pagi aku ke rumah sakit
untuk konsultasi padanya karena kurasa penyakit kanker – ku semakin memburuk.
Sebenarnya hari ini aku harus diopname di rumah sakit tapi aku menolaknya. Maka
dari itu, setidaknya kupikir kau bisa memakluminya youngdae.” Jawabku sambil
berurai air mata.
“jangan jadikan penyakit bodohmu itu sebagai kambing hitam.
Bilang saja kalau seharian tadi kau bersenang senang bersama dokter pribadimu
itu.” Jawab youngdae yang sudah semakin tak terkendali emosinya.
“tolong mengertilah youngdae, kali ini saja. Selam ini kau
hampir setiap hari membawa geisha geisha itu ke rumah ini. Seharusnya kau tau
bahwa itu membuatku terluka. Apalagi aku merasa sangat sangat terluka saat
menyadari kalau aku harus kehilangan anakku karena keguguran dan itu akibat
ulahmu youngdae. Semua ini salahmu... SALAHMU!!!” jawabku sambil berteriak
mengeluarkan segala kekesalanku. Perlahan kurasakan kepalaku semakin pusing dan
serasa berputar putar. Rasa nyeri – nya mulai menyebar keseluruh kepala.
Semakin lama rasa nyerinya semakin menjadi jadi dan pandangan mataku mulai
kabur. Tak lama semuanya terasa gelap dan aku sudah tak sadarkan diri.
............................
Perlahan aku mulai siuman. Samar samar kulihat dokter henze
beserta tim dokter dan perawat sedang membincangkan hal yang serius. Yang
menjadi tanda tanya adalah sejak kapan aku berada di rumah sakit? Seingatku
seperti baru saja aku tak sadarkan diri dikamar saat aku adu mulut dengan
youngdae. Ah... entahlah.
“ penyakit kanker otak nyonya lilian saya rasa semakin
parah. Jika dibiarkan dan tidak segera ditangani mungkin akan berakibat fatal,
apalagi perkembangan sel kanker – nya semakin hari semakin berkembang pesat.
Sebaiknya percepat saja proses kemotheraphy – nya. Bagaiman menurut pendapat
kalian?” tanya dokter henze yang berbincang bincang serius dengan tim dokter
spesialis kanker otak lainnya.
“ya, sebaiknya kita harus cepat mengambil tindakan medis.
Jika tidak kita tidak akan tau apa yang akan terjadi nantinya.” Jawab dokter
dokter lainnya yang sepertinya sepakat dengan keputusan dokter henze.
“ok, jadi kesepakatannya hari ini kita kan mulai proses
kemotheraphy – nya. semoga ini adalah tindakan terbaik bagi keselamatan nyonya
lilian.” Jawab dokter henze yang berjabat tangan dengan para tim dokter tanda
deal.
................................
“dok, aku mau dibawa kemana? Sebenarnya apa yang terjadi
padaku? Tanyaku pada dokter henze yang membantuku untuk duduk di kursi roda.
“uhhmm... jujur saja nyonya,waktu malam saat aku
mengantarkanmu pulang itu, pikiranku selalu buruk tentang – mu. Dan ternyata
benar saja, pagi harinya tepat kemarin pagi aku melewati rumahmu, aku
menemukanmu pingsan di luar pintu gerbang rumahmu. Kata tetanggamu, pada tengah
malam youngdae menyeretmu keluar rumah dalam kondisi tak sadarkan diri. Juga
youngdae mengancam tetanggamu agar jangan menolongmu.” Jawab dokter henze yang
menceritakan kronologis kejadian yang sebenarnya padaku.
“jadi dokter yang membawaku kesini? Ah... terimakasih dokter
banyak dokter. Oh ya, tak sengaja tadi aku mendengar percakapanmu dengan tim
dokter untuk melakukan kemotheraphy. Dok... aku tak mau di kemo dokter...
kumohon” jawabku yang merengek agar dokter jangan melakukan kemotheraphy
padaku.
“tidak ada pilihan lain nyonya. Penyakit kankermu sudah
hampir memasuki stadium akhir. Sekiranya jika anda di kemo mungkin bisa
meminimalisir dan membunuh sedikit sel sel kankermu. Kumohon kali ini saja. Dei
kesembuhanmu nyonya. Percaya padaku. Tak akan sakit kok.” Jawab dokter henze
yang menenangkanku agar mau di kemo.
........................
1 week latter, @
tokyo medical centre.
satu minggu setelah proses kemotheraphy, tubuhku masih
terasa lemas. Rasanya lebih sakit dari yang kubayangkan. Banyak sekali obat
obatan yang dimasukkan ke dalam tubuhku dan membuatku mual sampai harus
memuntahkannya. Tak sampai disitu saja, setelah kemotheraphy itu, rambutku
semakin lama semakin rontok dan rontoknya dalam jumlah yang tak sedikit. Kini
hampir 80% kepalaku sudah tak dihiasi oleh sehelai rambut lagi.
“nyonya, bagaiman keadaanmu? sudah mulai membaikkah?” tanya
dokter henze yang menyempatkan diri menghampiriku di ruang rawat inapku.
“kurasa sudah mulai membaik dokter. Hanya saja setelah
proses kemotheraphy itu tubuhku terasa sedikit lemas. Efek dari kemo itu
membuatku harus kehilangan rambutku
seluruhnya.” Awabku sambil tersenyum kecut.
“iya, aku mengerti nyonya. Namun sisi baiknya, stadium
kankermu sudah menunjukkan tanda tanda penurunan, tidak separah minggu lalu.”
Jawab dokter henze yang mewartakan berita baik ini padaku.
“ah.. syukurlah kalau begitu dok. Oh iya dokter, apakah aku
sudah bisa diperbolehkan untuk pulang? Aku bosan berlama lama disini.” Tanyaku
pada dokter henze.
“aku khawatir jika kau pulang sekarang yang seharusnya bisa
beristirahat nanti akan disiksa oleh suami – mu. Sebaiknya jangan dulu.
istrihat saja dulu disini untuk beberapa hari ini saja nyonya. Baiklah kalau
begitu aku permisi sebentar.” Jawab dokter henze yang meninggalkan kamar
inapku.
.............................
“hari ini aku sudah diperbolehkan untuk pulang. Walau
sekarang sudah jam 8 malam, kuharap youngdae belum sampai dirumah. Aku takut
kejadian waktu itu terulang lagi karena sekarang aku diantar oleh dokter henze.
Ya, sebenarnya aku ingin pulang sendiri tapi dokter henze memaksakan diri untuk
mengantarkanku. Saat sesampainya aku dirumah, kulihat bagian ruang tamu
terlihat terang disinari cahaya lampu, dan itu tandanya berarti youngdae sudah
pulang.
“dok, sebaiknya kau pulang saja, aku takut sepertinya
youngdae sudah pulang. Jika ia tau kau mengantarkanku ia pasti akan
membunuhmu.” Jwabku yang mengingati dokter henze sambil kemudian keluar dari
mobilnya.
“baiklah kalau begitu. Jaga dirimu baik baik. Konbanwa(selamat malam .red)” jawab
dokter henze sambil melambaikan tangannya kearahku.
kulangkahkan kakiku dengan gontai menuju rumah. Dari dalam
rumah, kudengar suara riuh rendah laki laki dan wanita yang sedang tertawa
lepas. Mendengar hal tersebut, kupercepat langkah kakiku. Sepertinya pintu tak
dikunci. Perlahan kubuka pintu rumah dan betapa terkejutnya aku melihat
pemandangan menjijikkan yang membuatku membelalakkan mata ini. Emosiku mulai
memuncak di ubun ubun. Kulihat youngdae yang sedang bermabuk mabukkan bersama 5
orang wanita geisha dalam keadaan “topless”
(telanjang dada .red). melihat pemandangan hina itu membuatku kalap dan
mengambil pedang katana yang tergeletak di rak stick golf milik youngdae.
Kuusir wanita wanita jalang itu semua dari rumahku dengan mengancam akan
membunuh mereka semua. Tak peduli dengan keadaan mereka yang masih telanjang
dada yang berlari tunggang langgang keluar rumahku. Kali ini amarahku sudah
sepenuhnya dikendalikan oleh setan. Nafasku memburu naik turun. Tanpa
sepengetahuanku, ternyata youngdae memungut pedang yang kupakai tadi dan.....
#ccccrrraasssshhhhhhhh...............
“dasar wanita jalang!” jawab youngdae singkat yang sudah
kalap sambil menusukkan pedang tadi tepat ke dada kiri lilian. Namun sepertinya
lilian belum sepenuhnya mati. Dengan lemah lilian mengatakan beberapa patah
kata :
“youngdae, terimakasih telah membunuhku. Aku menyayangimu
youngdae. Gomenasai (aku minta maaf .red)
aku bukanlah istri yang bisa membuatmu bahagia. Sekali lagi... gggooo...
mmeenn... nnnasssaaii...” jawab lilian yang kemudian menghembuskan nafas
terakhirnya di pangkuan youngdae.
“lilian... lilian... kumohon bangunlah lilian... lilian tolong
jangan tinggalkan aku lilian...LILIAN!!!” teriak youngdae sambil terus
memanggil nama lilian.
...............
Author’s pov
penyesalan selalu datang terlambat. Jenazah lilian akhirnya
dikebumikan di kota kelahirannya. Setelah pemakaman selesai, kini tinggallah dokter
henze yang duduk bersimpuh i samping makam lilian sedangkan youngdae masih
mengusap – usap batu nissan lilian.
“bagaimana?? Apa sekarang kau menyesali semua perbuatanmu
itu?” tanya dokter henze datar.
“ya, aku sangat menyesal. Menyesal sekali. Selama ini aku
tak pernah sekalipun memperduliannya. Aku ini bodoh. Aku benci diriku sendiri”
jawab youngdae sambil menangis menyesali perbuatannya yang telah menghilangkan
nyawa istrinya sendiri.
“youngdae, satu hal yang harus kau ketahui. Nyonya lilian
punya impian terbesar untukmu. Apa kau tau itu?” tanya dokter henze.
“tidak. Aku tak tau apapun apa impiannya.” Jawab youngdae
jujur.
“impian terbesar nyonya lilian untukmu adalah, dia ingin
melihatmu berlaku baik padanya walau 1 hari saja. Selalu ada disampingnya saat
ia merasa kesakitan dan bisa menghapus air matanya saat ia menangis. Dan yang
paling penting adalah tak lagi melihatmu pulang kerumah sambil mabuk mabukkan
dan membawa wanita wanita geisha itu pulang bersamamu. Hanya itu saja, tak
lebih.” Jawab dokter henze seadanya.
“aku memang bukanlah
suami yang baik untuknya. Dari awal saja aku sudah membuat ia ternoda karena
ulahku. Tak ada yang bisa kulakukan sekarang ini kecuali menyesali
perbuatanku.” Jawab youngdae yang kemudian mencium batu nissan sang istri dan
pergi meninggalkan pemakaman.
..................
Kini tinggallah youngdae seorang diri menjalani hari harinya
dengan dipenuhi rasa bersalah dan penyesalan yang tak kunjung berakhir.
Menyesali setiap perbuatan yang pernah ia lakukan pada istrinya. Hari hari
youngdae tak pernah luput dari rasa penyesalan. Menangisi kepergian sang istri
di atas makamnya sambil ditemani rinai hujan yang seakan ikut bersedih
merasakan kesedihan dan penyesalan youngdae yang tak akan pernah terhenti,
SELAMANYA.
#THE END...
©2012, all right
reserved
Author (amelia ulfa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar