Title : Honmei choco for hendra-kun senpai in
valentine’s day and white marshmallow from hendra-kun senpai on white day for
my love confession
Author : Amelia
setsuna shan aka. Amelia ulfa
Cast : liliyana natsir as lily-chan
Hendra setiawan as
hendra-kun senpai.
Genre : teenagers life, romance.
Ost : AKB 48 – kimi no koto ga suki dakara.
*************************
Lily’s-chan pov :
“lily-chan... ohayo...”
sapa ve-chan yang cempreng yang
suaranya bisa saja merusak membran gendang telingaku sewaktu-waktu.
“aahhh... ve-chan
ohayo...” jawabku sambil membalas sapaan selamat pagi mitani.
“nee... lily-chan,
ashita wa valentine’s day desu, nee (hei lily-chan, besok hari valentine
kan? .red) Sudah siap dengan honmei choco-nya?”
tanya ve padaku.
“ya, tentu saja aku sudah siap dengan honmei choco-nya. Apapun yang terjadi, pokoknya aku harus bisa menyatakan
perasaanku pada hendra-kun senpai.”
Jawabku dengan penuh rasa optimis. Ya, jika sudah mendengar nama hendra-kun
senpai, entah mengapa rasanya selalu saja bersemangat lagi.
“haiii.... wakatta.
Ganbatte ne? (*yyaa... aku mengerti. Selamat berjuang ya? .red) Aku yakin, pasti kau bisa mendapatkan senpai hendra-kun.” Jawab ve yang selalu
mendukungku.
....................................
Sudah jadi suatu gaya hidup bagi para remaja putra maupun
putri di jepang untuk saling membagikan coklat atau sebagainya kepada orang
yang mereka sukai. Besok hari valentine, semua orang di belahan dunia pasti tau
akan hari ini. Ya, hari valentine adalah hari kasih sayang. Tapi bagiku, setiap
hari adalah hari kasih sayang, tidak hanya hari valentine saja. Bagiku hari
valentine hanya berlaku untuk menyatakan perasaan kepada orang yang kita suka.
Di jepang, hari valentine dijadikan ajang untuk saling mengungkapkan perasaan
satu sama lain, dimana hari itu para wanita akan membeli banyak coklat untuk
dijadikan sebagai giri choco ataupun honmei choco. Akan kuberitau pada
kalian, apa itu giri choco ataupun honmei choco. Giri choco biasanya dibeli oleh para wanita untuk dibagi-bagikan
kepada teman, ayah, adik atau kakak laki-laki biasa. Sedangkan honmei choco sendiri biasanya dibeli
oleh para wanita untuk dijadikan hadiah spesial bagi pria yang mereka sukai.
Biasanya para wanita tidak hanya memberikan honmei
choco saja, tapi juga didalam kotak coklat tersebut terselip surat cinta
yang berisi pengakuan perasaannya pada pria yang dituju. Ya... kira-kira
begitulah kebudayaan hari valentine bagi kami, para masyarakat jepang. Tapi ada
satu hari dimana hari tersebut hanya ada di dalam kebudayaan jepang saja. White day. White day sendiri adalah hari
dimana sang pria yang telah diberikan honmei
choco memberikan kado balasan kepada wanita yang telah mengiriminya honmei choco. White day sendiri jatuh pada tanggal 14
maret, sebulan setelah hari valentine. Dan setiap kado balasan yang diberikan
si pria di hari white day bisa beragam dan punya arti tersendiri. Lazimnya,
para pria ini memberikan kado balasan berupa sapu tangan, permen, kue, ataupun
marshmallow putih. Jika sang pria memberikan kado balasan berupa sapu tangan,
itu menandakan bahwa sang pria menolak perasaan sang wanita. Sapu tangan
sendiri dimaksudkan agar sapu tangan itu berguna untuk menghapus air mata si
wanita yang menangis karena cintanya ditolak. Kue berarti bahwa si pria sudah
punya kekasih. Jika kadonya berupa permen berarti si pria hanya ingin berteman
saja, sedangkan marshmallow putih menandakan bahwa sang pria juga memiliki perasaan
yang sama dengan kita. Ya kira-kira seperti itulah perayaan hari valentine atau
white day di jepang. Tak terkecuali denganku. Aku pun juga menyiapkan giri choco untuk teman-temanku dan
coklat spesial honmei choco untuk
hendra-kun senpai. Ya, hendra-kun senpai adalah orang yang selama itu
kutaksir secara diam-diam. Dia termasuk cowok keren disekolahku yang tentu saja
tidak hanya aku yang menyukainya. Hampir semua anak-anak perempuan di sekolahku
menyukainya. Hendra-kun senpai tak
hanya baik dan ramah, tapi dia juga pemain top di klub kendo dan selalu jadi
juara umum. Tapi apa bisa seorang musume
pemalu sepertiku bisa menjadi kekasih hendra-kun senpai? Terkadang aku sering tidak percaya dengan diriku sendiri.
Aku tidak bisa seperti anak-anak perempuan lain yang dengan mudah bisa kenal
dekat dengan senpai hendra. Aaahhh...
entahlah, aku tidak tau dengan diriku sendiri.
.....................................
Perpustakaan 5 menit lagi akan segera ditutup, tapi aku
masih saja setia merangkum artikel-artikel dari buku yang kupinjam di
perpustakaan ini. Keadaan disini sudah sangat sepi, mungkin hanya aku yang
tersisa di perpustakaan ini. Petugas perpustakaan seperti sudah hafal betul
dengan kebiasaanku yang selalu menghabiskan waktu setelah pulang sekolah untuk
sekedar menambah wawasan disini. Aku masih sibuk dengan kegiatan merangkumku
yang sebentar lagi selesai, namun tiba-tiba seseorang mengganggu kesibukanku.
“heii... belum pulang?” tanya cowok yang menepuk pelan
mejaku.
Aaahhh.... ano hito...
ano hito wa....hendra-kun senpai?
Hontou ni??? (*aaahh... dia.. dia..
senior hendra-kun. Benarkan dia? .red) Tapi tidak biasanya dia masih berada
disekolah di jam seperti ini.
“aaahhh... haii... itu, aku... aku... masih banyak tugas
yang harus kuselesaikan, jadi aku belum bisa pulang.” Jawabku gugup. Ya, tentu
saja. Jangankan untuk sekdar berduaan seperti saat ini, untuk sekedar
berbincang-bincang ringan seperti ini saja belum pernah kulakukan sekalipun
dengan hendra-kun senpai.
“mungkin aku bisa membantumu mengerjakan tugas-tugasmu itu.
Lagipula ini sudah senja. Jika aku bisa membantumu mungkin pekerjaanmu akan
segera cepat terselesaikan. Bagaimana? Boleh aku bantu?” tanya senpai hendra yang menawarkan
bantuannya.
“aahh... tidak usah senpai.
Aku bisa mengerjakannya sendiri. Lagipula sebentar lagi selesai kok. Jangan
khawatir.” Jawabku yang menolak dengan halus tawaran sang senpai.
“sudah, tak usah sungkan. Aku tidak bisa melihat orang yang
sedang kesususahan sendirian sedangkan aku dengan santainya bisa pulang ke
rumah. Ayolah, sekali-sekali aku membantumu.” Tawar senpai hendra yang masih saja membujukku.
“baiklah, jika senpai yang
mau. Tapi sekali lagi aku ucapkan terimakasih. Arigatou gozaimashita.” Jawabku sambil menundukkan kepalaku
sedikit.
“oh iya, kalau boleh tau, anata no namae wo dare kara (*siapa namamu .red)?” tanya senpai hendra yang menjulurkan tangannya
kehadapanku.
“aahh... atashi wa
liliyana-desu. Panggil aku lily-chan saja biar akrab.” Jawabku singkat.
“anata no namae wo
hontou ni kawaii desu, nee (*kau punya nama yang sangat bagus .red)” puji
sang senpai yang fokus membantuku
merangkum artikel.
“aaahhh... tidak juga. Namaku biasa saja.” Jawabku yang
sedikit tersipu. Ya, senpai memujiku
bahwa aku punya nama yang bagus.
“ini lucu. Kita sering melihat dan bertatap muka satu sama
lain, tapi tidak saling mengenal ya?” tanya senpai hendra sambil tersenyum tipis.
“tidak, nyatanya aku tau namamu senpai.” Jawabku yang menyangkal pertanyaan senpai hendra tadi.
“baiklaahhh... sudah selesai. Haii... dozo! (*ini, silahkan .red)” jawab sang senpai yang menyerahkan buku tugasku.
“arigatou gozaimasu...
hontou ni arigato...” jawabku yang berterimakasih pada senpai hendra yang bersedia membantuku.
“haii, dou
itashimashite yo, lily-chan. (*iya, sama-sama lily-chan .red)” balas senpai hendra sambil tersenyum padaku.
“baiklah, aku pulang duluan ya senpai, jaa nee... matta
ashita yo? (*ddaahhh... sampai ketemu besok .red)” pamitku padanya.
Aku melangkahkan kakiku keluar dari gerbang sekolah. Langit
senja berwarna jingga keemasan-lah yang setia menemani perjalananku pulang
kerumah. Kulirik jam tangan mungil yang melingkar dipergelangan tangan kiriku
telah menunjukkan pukul 6 sore. Ini sudah biasa. Aku sudah biasa pulang sore
seperti ini. Karena jarak antara sekolah dengan rumahku yang tak seberapa jauh,
aku pulang jalan kaki sampai kerumah. Bayang-bayang senpai hendra terus membayang di pikiranku. Hari ini begitu
berkesan untukku. Bisa berbincang-bincang dan saling bertatap muka berduaan di
perpustakaan saja telah membuatku senang. Terus kulangkahkan kaki ini sampai
kerumah. Begitu sesampainya dikamarku, satu hal yang ingin kulakukan hanya
ingin membersihkan diri dan setelah itu membungkus honmei choco untuk senpai
hendra besok. Kutulis surat pernyataan cintaku di secarik kertas berwarna merah
muda dengan tinta merah. Kuutarakan semua perasaanku selama ini kepadanya
didalam surat tersebut. Aku tak peduli nanti balasan apa yang ia kirimkan ke
rumahku, yang penting aku sudah beranikan diri untuk menyatakan perasaanku yang
sebenarnya kepada senpai. Jujur, aku
mulai menyimpan perasaan pada senpai
hendra-kun sejak pertama kali masuk SMA. Tapi tahun lalu sayangnya aku masih
belum punya cukup keberanian untuk memberinya honmei choco. Baru tahun ini aku mencoba memberanikan diri, itupun
juga karena dorongan vita, shendy, dan ve yang menyuruhku untuk mengutarakan
perasaanku yang sebenarnya pada senpai lewat honmei
choco dihari valentine besok.
.........................................
“okashii.... okashii... okashii...
Oishii...
oishii... omae choco ni...
Hayaku
tabetai okashii...”
Yaaa.... lagi lagi suara cempreng ve, dan shendy yang sedang
bernyanyi merusak ketenangan pagiku dihari valentine ini. Jika 2 anak manusia
ini sudah berkumpul, suara mereka bisa menyebabkan peningkatan volume polusi
suara di kota tokyo.
“OHAYYOOO LILY-CHANNN!!!” sapa mereka ber-2 tepat
ditelingaku. Rasanya gendang kupingku ingin meledak saat ini juga. Bahkan rumah
keong dikupingku seperti ingin transmigrasi dari tempatnya.
“hhaaii.... haaii...
ohayoo... ve-chan, shendy-chan. Eehh...
matte, vita-chan doko e demo?
(*eehh... tunggu, dimana vita-chan? .red)” tanyaku yang pagi ini belum melihat
vita-chan. Biasanya dia ada diantara mereka.
“vita belum datang, sepertinya dia ingin memberikan honmei choco-nya langsung ke senpai alvent. Oh ya, bagaimana dengan
mu, lily-chan? Apa honmei choco-nya
sudah kau berikan pada senpai hendra-kun?” tanya ve-chan.
“aaahhh... belum. Mungkin nanti sepulang sekolah akan aku
berikan padanya. Pasti saat ini dia sedang menerima banyak giri choco ataupun honmei
choco dari siswi-siswi lainnya.” Jawabku sedikit merendah.
“tidak apa-apa, pelan-pelan saja. Aku yakin kau pasti bisa
memberikannya langsung ke tangan senpai hendra.” Jawab shendy-chan yang
menyemangatiku.
“aaahhh, minnasan
arigatou... (*terimakasih semuanya .red)” jawabku sambil tersenyum.
“ddaaahhh... lily-chan, kami harus memberikan honmei choco
kami pada pria-pria kami dulu. Byee...” teriak ve-chan dari kejauhan.
Huuuuhhhh... enak jadi seperti mereka. Mereka berani
mengungkapkan isi hati mereka pada pria pujaan hati mereka, dan beruntungnya
cinta mereka telah direspon. Sedangkan aku? Kemungkinan mendapatkan cinta dari senpai hendra sepertinya hanya 1 banding
1000. Tapi hati seseorang siapa yang tau? Entahlah... biarkan saja ini berjalan
dengan sendirinya. Jika memang dia untukku dan waktunya telah datang padaku,
aku yakin semua akan indah pada waktunya. Tak sengaja saat aku hendak ke
toilet, kulihat senpai hendra telah
dikerebuti para siswi-siswi yang ingin memberikannya honmei choco milik mereka. Sekilas ia melihatku sambil melemparkan
senyumannya yang selalu terlihat ramah itu kepadaku. Sampai jam pelajaran
berlangsung pun, pikiranku tidak berfokus pada pelajaran, tapi aku memikirkan
bagaimana caranya agar aku bisa memberikan coklat itu langsung ke tangan senpai tanpa ada penghalang. Aku harap kejadian
kemarin sore terulang kembali. Sebenarnya aku malu meberikan coklat itu saat
siswi-siswi yang lain ikut memberikannya juga. Bell tanda kegiatan belajar
mengajar telah berdentang berkali-kali. Sengaja aku pergi ke perpustakaan untuk
menyimpan sisa-sisa keberanianku untuk bisa memberikan coklatku padanya.
Kupilih tempat biasa aku duduk di perpustakaan ini. Berharap senpai juga datang ke perpustakaan ini,
aku terus memeluk coklat honmei choco-ku.
Aku ingin dia tau kalau aku tulus menyukainya. Jam demi jam telah berganti.
Kulirik jam tangan mungil yang melingkar di pergelangan tanganku sudah
menunjukkan pukul 6 sore lewat. Aaahh... apakah mungkin, senpai sudah pulang? Aku cemas, juga putus asa bercampur menjadi
satu. Sampai sang librarian membuyarkan lamunanku, memberitahukan bahwa
perpustakaannya akan ditutup. Dengan langkah gontai, kuseret kakiku keluar dari
perpustakaan. Ya, suasana sekolah sudah sangat sepi. Tak ada siswa-siswi yang
berlatih kendo, ataupun sekedar ekskul tambahan. Belum juga kakiku melangkah
keluar gerbang sekolah, suara pria yang memanggil namaku begitu jelas kudengar.
Bahkan kudengar suara derap langkah kaki yang sedang berlari menghampiriku.
Suara itu... suara itu tak asing untukku. Itu suara orang yang kusukai. Ya, itu
suara senpai hendra.
“lily-chaannn.... liliy-chaaannn....” teriak senpai hendra berlari menghampiriku.
“aaahh... nani ka?? (*ada apa? .red)” tanyaku yang
membalikkan badanku, hingga posisiku persis berhadapan dengannya.
“kau belum pulang?” tanyanya lembut meskipun bisa kudengar
suara nafasnya yang berat. Mungkin ia lelah karena tadi berlari mengejarku.
“ya, seperti yang senpai
lihat, aku masih belum pulang. Uuhhmmm... anoouu... chotto matte. (*uuhhmm... tunggu sebentar .red)” Tahanku
pada senpai.
Kukeluarkan bungkusan berbentuk hati yang terbungkus kertas
kado merah lengkap dengan pitanya yang berwarna putih dari dalam tas-ku. Meskipun
tidak begitu besar coklat yang kuberikan padanya, Dengan malu-malu, kuberikan honmei choco-milikku kepada senpai hendra. Dia menerimanya sambil
tersenyum melihat coklat yang kuberikan.
“arigatou gozaimasu.
Aku senang kau berikan honmei choco
ini untukku. Aku janji, aku akan memakannya nanti dirumah. Aku sangat suka
sekali coklat. Mereka sangat manis dan menyenangkan, sepertimu.” Jawab senpai hendra yang tersenyum sambil mengangkat daguku
agar dapat menatap wajahnya.
“aahhh... iya, aku senang jika senpai dengan senang hati menerimanya.” Jawabku yang masih saja
tersipu.
“sebagai tanda terimakasih, bagaimana jika hari ini kuantar
pulang? Kau mau?” tawar senapai hendra.
“uuhhmm... baiklah jika senpai
yang menawarkannya.” Jawabku yang mengiyakan ajakannya.
“ikimasho...
(*ayoo cepat .red)” suruh senpai hendra yang menginstruksikanku untuk naik ke
atas jok motornya.
.....................................
Sungguh menyenangkan bisa pulang bersama otoko yang kucintai. Senpai hendra menyuruhku untuk mempererat
pelukanku di pinggangnya. Aishite
hajimemashita (*cinta pertama .red), Mungkinkah
ini pertanda cintaku mulai bersemi di hari valentine ini? Jika aku bisa
berharap, aku harapa waktu seperti ini jangan cepat untuk berlalu. Nyaman
rasanya bila berada di dekat senpai
hendra. Sampai sampai aku terlalu terhanyut dalam hangat dan nyaman pelukannya,
aku tak sadar kalau kami ternyata sudah sampai di depan rumahku. Sambil tak
lupa mengucapkan terimakasih, aku memperhatikannya sampai sosoknya benar-benar
hilang dibalik kejauhan. Setidaknya, hari ini perasaanku sudah cukup lega,
pasalnya dengan memberikan honmei choco
kepada senpai, aku harap ia bisa
mengerti dengan perasaanku yang sebenarnya pada dia. Yang harus kulakukan hanya
tinggal menunggu sebulan lagi sampai hari white day tiba. Apapun nanti kado
balasan yang ia berikan padaku, aku akan menerimanya, meski hanya sekedar sapu tangan
sekalipun. Seperti biasa, buku mungil dengan cover merah inilah tempat aku
mencurahkan semua isi hatiku. Buku ini pula yang dengan setia mendengarkan
keluh kesah dan segala kisah suka maupun duka-ku. Kutuntun penaku agar ia
menggoreskan tintanya menjadi serangkaian kata-kata diatas lembaran-lembaran
putih bersih ini.
Tokyo, february 14th ...
“Kutulis kata demi
kata hingga terkumpul menjadi satu kesatuan kalimat yang dapat mewakili
perasaanku hari ini di kertas-mu yang begitu putih bersih ini, diary-ku
tercinta. Meskipun dirimu hanya sebuah benda mati yang tak bisa mendengar
ataupun merespon apa yang kukatakan, tapi bagiku... dirimu adalah teman setia
yang selalu menjadi tempatku berkeluh kesah. Diary-ku sayang, selamat hari
valentine ya?? Aku janji, aku akan selalu menyayangimu lebih daripada hari-hari
kemarin. Sebagai hadiah valentine-ku untukmu, aku ingin bercerita tentang semua
yang terjadi dihari ini. Sayangku, aku begitu senang sekali hari ini, kau tau
mengapa? Hari ini perasaanku begitu lega dan bahagia karena bisa memberikan
honmei choco-ku kepada senpai hendra-kun. Meski honmei choco yang kuberikan tak
begitu besar dan mewah seperti yang diberikan oleh siswi-siswi lainnya, tapi
aku tidak peduli. Semahal apapun atau semurah apapun barang yang kita beli,
yang paling terpenting itu adalah perasaan tulus ikhlas yang menyertainya,
bukan begitu diary-ku sayang? Kau tau tidak, respon yang diperlihatkan senpai
hendra-kun kepadaku saat aku memberikan honmei choco-ku padanya?? Dia tersenyum
begitu manisnya padaku. Dia juga mengatakan bahwa mereka (para coklat) sangat
manis sepertiku. Diary sayang, kusudahi dulu ya kisah di hari ini? Selamat
bermimpi indah diary-ku sayang... yume wo kawaii kanaeru. Oyasuminasai”
Ya, diary-ku memang benda paling spesial dalam kehidupanku.
Mencoret-coret tubuh mereka dengan segala kisah kehidupanku adalah kebahagiaan
tersendiri yang kurasakan. Tak lupa juga kutulis namaku dan senpai hendra di halaman selanjutnya
dengan ornamen gambar gambar hati. Kucium diary-ku dan kuselimuti layaknya
manusia. Aku harap, malam ini senpai hadir dalam mimpi indahku. Amiiinn...
.......................................
1 month later, march
14th
Tepat sebulan berlalu setelah valentine’s day. Hari ini hari
kamis, 14 maret. Itu artinya... ini white
day? Yuupppss... ini saatnya para cowok-cowok yang telah diberikan honmei choco memberikan kado balasan
kepada para cewek yang memberikannya coklat honmei.
Sebetulnya, aku tak berharap begitu banyak, tapi semoga saja senpai hendra-kun mengirimkanku kado balasan
di “hari putih” ini. Kulihat teman-teman sekelasku, terutama yang perempuan
mendapatkan kado white day yang
berbeda-beda dari cowok-cowok yang mereka taksir. Ada yang menangis
tersedu-sedu sambil menghapus air matanya berkali-kali yang bercucuran dengan
sapu tangan yang diberikan oleh cowok pujaannya, ada pula yang memakan kue
sambil memasang wajah murung karena ternyata cowok yang mereka taksir sudah
punya kekasih, ada pula yang mengemut permen lollypop besar dengan wajah kecewa
bercampur perasaan terpaksa karena sang cowok hanya ingin berteman saja. Tapi
mereka yang beruntung-lah yang dapat sebungkus marshmallow putih dari cowok
pujaannya yang berarti cinta mereka diterima. Beruntung sekali mereka yang
dapat marshmallow. Diantara teman-teman sekelasku yang beruntung mendapat
marshmallow putih itu adalah ve-chan yang cintanya diterima oleh owi-kun,
vita-chan yang cintanya diterima oleh senpai
alvent, dan shendy-chan yang cintanya diterima oleh senpai age-san. Sedangkan
aku? Mungkin hanya aku satu-satunya yang tidak mendapat balasan apapun. Tak ada
sapu tangan, kue, permen, ataupun marshmallow putih di white day hari ini. Ke-3 sahabatku sepertinya heran. Pasalnya hanya
aku siswi yang tidak dapat balasan apapun dari honmei choco yang kuberikan pada senpai hendra-kun. Sepertinya memang tak ada balasan sama sekali.
Aku pun juga tak bisa menuntut banyak pada senpai
hendra-kun. Bisa jadi karena begitu banyak siswi-siswi yang memberikannya honmei choco, ia lupa juga dengan coklat
honmei pemberianku. Biarlah, anggap saja itu hadiah
yang tak perlu membutuhkan balasan, lagipula aku juga tulus memberikannya. Hari
ini aku pulang cepat tidak seperti biasanya. Yang kuingin lakukan setelah
pulang sekolah ini hanya menangis sepuasnya diatas kertas diary-ku. Aku tau klise
memang alasannya aku menangisi orang yang entah dia memikirkanku juga atau
tidak. Baru saja tangan ini kembali menari diatas kertas buku diary-ku, ibu-ku
masuk kekamarku sambil membawakanku sebuah bingkisan berwarna biru muda. Biru
muda adalah warna kesukaan senpai hendra.
Aahhh... tapi tidak mungkin ini dari senpai.
“lily-chan, hora mite...
(*lihatlah .red) ada bingkisan untukmu.” Panggil ibu-ku yang menyodorkan
bingkisan biru muda tadi diatas meja belajarku.
“dare wo, okassama
(*dari siapa bu? .red)?” tanyaku yang tak ingin ibu melihatku menangis.
“entah, tidak ada nama pengirimnya. Hanya ada namamu dan
alamatmu disini. Haaiii... dozo (*naahh...
ini, silahkan .red)” jawab ibu-ku
yang kemudian berlalu dari kamarku.
Aku penasaran dengan apa yang ada dalam bingkisan tersebut,
dan siapa orang yang mengirimnya. Kubuka perlahan kertas pembungkus bingkisan
itu. Kulihat ada 4 kotak dengan ukuran berbeda dan secarik kertas. Kubaca surat
yang tertulis di secarik kertas tersebut.
To : liliyana
“Sebelum kau buka ke-4 kotak tersebut, baca dahulu instruksi yang
kuberikan. Pertama, buka kotak yang paling kecil yang berada di paling atas.
Cepat! Karena setelah itu, kau akan tau apa isinya dan instruksi selanjutnya.”
Aku yakin, ini dari senpai
hendra-kun. Tapi aku bingung. Apa
maksudnya surat ini? Ini seperti surat teka-teki. Perlahan, kuikuti perintah senpai yang ada di surat tersebut. Kubuka kotak
paling kecil yang ada dipaling atas kotak-kotak lainnya. Setelah kubuka isinya,
ternyata ada sebuah sapu tangan dengan sulaman bergambar kelinci berwarna merah
hati. Setelah kubentangkan sapu tangan itu, kulihat ada sepucuk surat terselip
disana.
To : liliyana.
“terimakasih banyak atas honmei choco-nya yang kau berikan sebulan yang
lalu, tapi tanpa mengurangi rasa hormatku, aku minta maaf. Aku menolak
perasaanmu padaku. Aku tau itu berat bagimu, tapi menangislah, kuharap sapu
tangan ini bisa jadi penghibur laramu saat ini.” Tapi, jangan berlarut-larut
dalam kesedihan, masih ada 3 kotak lagi yang harus kau buka. Sekarang, bukalah
kotak paling besar yang ada ditumpukkan paling bawah, dan kau akan tau apa yang
ada didalamnya. Temukan kembali surat dan ikuti instruksi selanjutnya.”
Senpai hendra
menolak perasaan cintaku padanya. Perlahan air mataku turun seperti yang ia
prediksi. Sapu tangan kelinci ini... dia sangat tau kalau aku suka kelinci dan
barang-barang berwarna merah. Tapi apapun yang ia berikan, aku terima. Aku tak
mau buang waktu. Kubuka kotak paling besar yang ada dibagian paling bawah
diantara tumpukkan 3 kotak tersebut. Setelah dibuka isinya, ada strawberry shortcake yang masih utuh.
Dan kulihat dibawah kertas alas kue tersebut ada secarik kertas lagi. Apa
maksudnya ini?
To : liliyana
“kuberikan strawberry shortcake ini untukmu. Jujur, aku sudah memiliki
seseorang yang akan menempati singgasana didalam hatiku. Kuharap kamu jangan
kecewa, aku ingin kau memakan kue ini agar rasa kecewamu tidak berlarut. Namun
jangan berfokus terus pada kue ini. Masih ada 2 kotak lagi yang harus kau buka
dan temukan lagi kertas instruksinya. Sekarang buka kotak nomor 3 yang paling
panjang. Dan temukan surat perintahnya.”
Aku semakin bingung dengan maksud senpai hendra. Sebenarnya
apa maksudnya? Aku hanya bisa mengikuti perintah yang ia suruh, dan perlahan
kubuka kotak nomor 3 yang fisiknya agak panjang. Setelah kubuka, isinya
ternyata sebuah permen lollypop perpaduan warna biru, merah, hijau dan kuning.
Apalagi maksudnya ini? Kubaca surat yang terselid di tangkai lollypop tersebut.
To : liliyana
“permen ini penuh warna dan terlihat sangat lezat. Aku juga ingin
persahabatan kita seindah dan secerah warna-warni permen lollypop ini. Tapi
sekali lagi maaf, aku hanya ingin berteman saja denganmu. Aku harap kita bisa
terus berteman. Jangan sedih, walau begitu, kau kuanggap teman yang baik.
Makanlah permen lollypop tersebut sedikit saja. Karena kalau tidak dimakan, aku
dan permen itu mungkin saja bisa menangis. Tapi, jangan terlalu bernafsu
menghabiskan permen itu, masih ada satu kotak misterius lagi yang harus kau
buka. Itu kotak nomor 2 dan kau akan tau apa isinya. Disana, aku akan jelaskan
apa maksud dari semua ini.”
Sumpah, aku bingung dengan jalan pikiran senpai
yang satu ini. Dia selalu saja membut teka-teki yang sulit. Aku tak
buang-buang waktu. Kubuka kotak terakhir itu. Setelah kulihat, benar dugaanku,
sebungkus marshmallow putih. Kubuka plastik kemasan marshmallow tersebut, dan
kutemukan secarik kertas lagi didalamnya.
To : liliyana
“seputih marshmallow, selembut teksture-nya, kuharap aku bisa memiliki
cinta sejati yang seputih dan sesuci marshmallow, dan mempunyai sifat yang
lembut seperti teksture marshmallow itu sendiri. Sepertinya aku berubah pikiran.
Mungkin aku mencintaimu, lily-chan. Tunggu beberapa saat lagi, karena seseorang
nanti akan menghubungimu. Jika seseorang itu menghubungimu, cepatlah menengok
ke bawah jendela kamarmu, dan kau akan temukan cinta sejatimu.”
Apa maunya senpai yang
satu ini? Dia membuatku pusing. Tak lama setelah membaca surat tersebut,
kulihat handphone-ku berdering menandakan panggilan masuk. Tak ada nomor
ataupun identitas orang yang menelponku itu. Nomornya saja private number, aku yakin, ini pasti seperti yang diinstruksikan senpai hendra. Kuangkat panggilan masuk
di handphone-ku dan segera saja aku melongok ke bawah jendela kamarku.
“hai lily-chan, kau kenal suaraku?”
“ss...sseennpaii hendra-kun?”
“yupppss... sekarang, turunlah dari kamarmu, kemudian temui
aku disini. Jangan lupa, bawa ke-4 kado yang kuberikan padamu. Aku yakin, kau
pasti sedang bingung memecahkan teka-teki 4 kado tersebut?”
“iya, baiklah... aku akan segera kesana. Tunggu aku senpai hendra-kun”
Aku berjalan keluar kamar menuju kedepan pagar rumahku sambil
membawa 4 kotak bingkisan dari senpai hendra-kun. Kulihat ia berdiri sambil
menyembunyikan sesuatu dibalik punggungnya.
“lily-chan. Aku akan beritahu jawaban dari teka-teki 4 kado
itu. Dengarkan baik-baik. Sapu tangan itu menandakan bahwa aku dengan sangat
menyesal harus menolak perasaanmu. Jadi aku ingin disaat kau menangis, sapu
tangan itu yang bisa mengusap air mata kesedihanmu itu. Lalu yang kedua, kotak
paling besar berisi strawberry shortcake
itu menandakan kalau aku punya seseorang yang telah menempati ruang hatiku.
Jadi aku tidak ingin kau kecewa dan sedih berlarut-larut, jadi kue ini kuharap
bisa mengembalikan keceriaanmu. Untuk kado yang ketiga, permen lollypop aneka
warna itu kuharap kita bisa jadi sahabat yang baik. Aku ingin persahabatan kita
penuh warna seperti lollypop itu. Dan yang terakhir, kado keempat berisi
marshmallow putih, sepertinya setelah kupikir-pikir, aku menyukaimu juga. Jadi,
jika ke-4 kado itu dijadikan satu, apa kau tau apa maksudnya?” tanya senpai
hendra-kun mengujiku.
“tidak, sepertinya aku tidak tau.” Jawabku polos.
“aaahh... baik, jadi filosofi dari keempat kado tersebut
menandakan bahwa aku menolak cintamu karena aku sudah punya seseorang yang
menghiasi warna-warni cinta dikehidupanku, tapi... aku ingin berteman denganmu
karena bagiku kau lebih dari seorang teman, tapi perasaan yang kumiliki padamu
seperti apa yang kau rasakan kepadaku. Jadi... aku ingin kau jadi kekasihku,
lily-chan.” Jawab senpai hendra-kun sambil tersenyum dengan manisnya.
Aku tidak percaya ternyata senpai memiliki perasaan yang sama sepertiku. Perlahan aku mulai tersipu.
Dia terus saja menatapku sambil tersenyum. Tapi tiba-tiba, ia menarik lenganku
dan dengan refleks, ia mencium pipi kananku.
“ore wa... omoe ga
sukida yo. Sore wa, hana o’ horimono wa anata desu. (aku... aku
mencintaimu. Ini bunga untukmu .red)” jawab senpai
hendra-kun yang memberikan rangkaian bunga lily putih segar untukku.
Hari ini yang membuatku bahagia, hari ini pula yang
membuatku mengerti arti dari cinta yang sesungguhnya. Cinta kami akan terus
tumbuh... tumbuh... dan terus tumbuh berkembang dengan indahnya, selamanya. Ia
bagaikan coklat dalam hidupku, yang selalu membuatku merasakan kebahagiaan dan
aku bagaikan marshmallow dalam hidupnya yang akan selalu memberikan kelembutan
cinta yang kami jalani bersama. “Honmei choco for hendra-kun senpai in
valentine’s day, and white marshmallow from hendra-kun senpai on white day for
my love confession.”
#The end...
Thankieesss for agan-agan BL yang udah mau mampir ke lapak
aye. Sunnah koment, haram nge-bash, dan yang paling penting wajib shodaqoh
cendolnya. Jangan jadi pembaca illegal, tinggalkan jejak berupa cendol. Dan
dilarang keras untuk nge-repsol cerpen ane braayy... pertamax lebih baik
daripada repsol punya orang? Suju? Siiipp... oke, akhir kata author undur diri,
sekian dan terima gaji.
©2013, authorized and
under licensed by :
Amelia ulfa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar