18 Sep 2013

Honmei choco for hendra-kun senpai in valentine’s day and white marshmallow from hendra-kun senpai on white day for my love confession. (#cerpen hendly dengan judul terpanjang)


Title       : Honmei choco for hendra-kun senpai in valentine’s day and white marshmallow from hendra-kun senpai on white day for my love confession
Author : Amelia setsuna shan aka. Amelia ulfa
Cast       : liliyana natsir as lily-chan
Hendra setiawan as hendra-kun senpai.
Genre   : teenagers life, romance.
Ost         : AKB 48 – kimi no koto ga suki dakara.
*************************

Lily’s-chan pov :
lily-chan... ohayo...” sapa ve-chan yang cempreng yang suaranya bisa saja merusak membran gendang telingaku sewaktu-waktu.

aahhh... ve-chan ohayo...” jawabku sambil membalas sapaan selamat pagi mitani.

nee... lily-chan, ashita wa valentine’s day desu, nee (hei lily-chan, besok hari valentine kan? .red) Sudah siap dengan honmei choco-nya?” tanya ve padaku.

“ya, tentu saja aku sudah siap dengan honmei choco-nya. Apapun yang terjadi, pokoknya aku harus bisa menyatakan perasaanku pada hendra-kun senpai.” Jawabku dengan penuh rasa optimis. Ya, jika sudah mendengar nama hendra-kun senpai, entah mengapa rasanya selalu saja bersemangat lagi.

haiii.... wakatta. Ganbatte ne? (*yyaa... aku mengerti. Selamat berjuang ya? .red) Aku yakin, pasti kau bisa mendapatkan senpai hendra-kun.” Jawab ve yang selalu mendukungku.
....................................

Sudah jadi suatu gaya hidup bagi para remaja putra maupun putri di jepang untuk saling membagikan coklat atau sebagainya kepada orang yang mereka sukai. Besok hari valentine, semua orang di belahan dunia pasti tau akan hari ini. Ya, hari valentine adalah hari kasih sayang. Tapi bagiku, setiap hari adalah hari kasih sayang, tidak hanya hari valentine saja. Bagiku hari valentine hanya berlaku untuk menyatakan perasaan kepada orang yang kita suka. Di jepang, hari valentine dijadikan ajang untuk saling mengungkapkan perasaan satu sama lain, dimana hari itu para wanita akan membeli banyak coklat untuk dijadikan sebagai giri choco ataupun honmei choco. Akan kuberitau pada kalian, apa itu giri choco ataupun honmei choco. Giri choco biasanya dibeli oleh para wanita untuk dibagi-bagikan kepada teman, ayah, adik atau kakak laki-laki biasa. Sedangkan honmei choco sendiri biasanya dibeli oleh para wanita untuk dijadikan hadiah spesial bagi pria yang mereka sukai. Biasanya para wanita tidak hanya memberikan honmei choco saja, tapi juga didalam kotak coklat tersebut terselip surat cinta yang berisi pengakuan perasaannya pada pria yang dituju. Ya... kira-kira begitulah kebudayaan hari valentine bagi kami, para masyarakat jepang. Tapi ada satu hari dimana hari tersebut hanya ada di dalam kebudayaan jepang saja. White day. White day sendiri adalah hari dimana sang pria yang telah diberikan honmei choco memberikan kado balasan kepada wanita yang telah mengiriminya honmei choco.  White day sendiri jatuh pada tanggal 14 maret, sebulan setelah hari valentine. Dan setiap kado balasan yang diberikan si pria di hari white day bisa beragam dan punya arti tersendiri. Lazimnya, para pria ini memberikan kado balasan berupa sapu tangan, permen, kue, ataupun marshmallow putih. Jika sang pria memberikan kado balasan berupa sapu tangan, itu menandakan bahwa sang pria menolak perasaan sang wanita. Sapu tangan sendiri dimaksudkan agar sapu tangan itu berguna untuk menghapus air mata si wanita yang menangis karena cintanya ditolak. Kue berarti bahwa si pria sudah punya kekasih. Jika kadonya berupa permen berarti si pria hanya ingin berteman saja, sedangkan marshmallow putih menandakan bahwa sang pria juga memiliki perasaan yang sama dengan kita. Ya kira-kira seperti itulah perayaan hari valentine atau white day di jepang. Tak terkecuali denganku. Aku pun juga menyiapkan giri choco untuk teman-temanku dan coklat spesial honmei choco untuk hendra-kun senpai. Ya, hendra-kun senpai adalah orang yang selama itu kutaksir secara diam-diam. Dia termasuk cowok keren disekolahku yang tentu saja tidak hanya aku yang menyukainya. Hampir semua anak-anak perempuan di sekolahku menyukainya. Hendra-kun senpai tak hanya baik dan ramah, tapi dia juga pemain top di klub kendo dan selalu jadi juara umum. Tapi apa bisa seorang musume pemalu sepertiku bisa menjadi kekasih hendra-kun senpai? Terkadang aku sering tidak percaya dengan diriku sendiri. Aku tidak bisa seperti anak-anak perempuan lain yang dengan mudah bisa kenal dekat dengan senpai hendra. Aaahhh... entahlah, aku tidak tau dengan diriku sendiri.
.....................................

Perpustakaan 5 menit lagi akan segera ditutup, tapi aku masih saja setia merangkum artikel-artikel dari buku yang kupinjam di perpustakaan ini. Keadaan disini sudah sangat sepi, mungkin hanya aku yang tersisa di perpustakaan ini. Petugas perpustakaan seperti sudah hafal betul dengan kebiasaanku yang selalu menghabiskan waktu setelah pulang sekolah untuk sekedar menambah wawasan disini. Aku masih sibuk dengan kegiatan merangkumku yang sebentar lagi selesai, namun tiba-tiba seseorang mengganggu kesibukanku.

“heii... belum pulang?” tanya cowok yang menepuk pelan mejaku.

Aaahhh.... ano hito... ano hito wa....hendra-kun senpai? Hontou ni???  (*aaahh... dia.. dia.. senior hendra-kun. Benarkan dia? .red) Tapi tidak biasanya dia masih berada disekolah di jam seperti ini.

“aaahhh... haii... itu, aku... aku... masih banyak tugas yang harus kuselesaikan, jadi aku belum bisa pulang.” Jawabku gugup. Ya, tentu saja. Jangankan untuk sekdar berduaan seperti saat ini, untuk sekedar berbincang-bincang ringan seperti ini saja belum pernah kulakukan sekalipun dengan hendra-kun senpai.

“mungkin aku bisa membantumu mengerjakan tugas-tugasmu itu. Lagipula ini sudah senja. Jika aku bisa membantumu mungkin pekerjaanmu akan segera cepat terselesaikan. Bagaimana? Boleh aku bantu?” tanya senpai hendra yang menawarkan bantuannya.

“aahh... tidak usah senpai. Aku bisa mengerjakannya sendiri. Lagipula sebentar lagi selesai kok. Jangan khawatir.” Jawabku yang menolak dengan halus tawaran sang senpai.

“sudah, tak usah sungkan. Aku tidak bisa melihat orang yang sedang kesususahan sendirian sedangkan aku dengan santainya bisa pulang ke rumah. Ayolah, sekali-sekali aku membantumu.” Tawar senpai hendra yang masih saja membujukku.

“baiklah, jika senpai yang mau. Tapi sekali lagi aku ucapkan terimakasih. Arigatou gozaimashita.” Jawabku sambil menundukkan kepalaku sedikit.

“oh iya, kalau boleh tau, anata no namae wo dare kara (*siapa namamu .red)?” tanya senpai hendra yang menjulurkan tangannya kehadapanku.

“aahh... atashi wa liliyana-desu. Panggil aku lily-chan saja biar akrab.” Jawabku singkat.

anata no namae wo hontou ni kawaii desu, nee (*kau punya nama yang sangat bagus .red)” puji sang senpai yang fokus membantuku merangkum artikel.

“aaahhh... tidak juga. Namaku biasa saja.” Jawabku yang sedikit tersipu. Ya, senpai memujiku bahwa aku punya nama yang bagus.

“ini lucu. Kita sering melihat dan bertatap muka satu sama lain, tapi tidak saling mengenal ya?” tanya senpai  hendra sambil tersenyum tipis.

“tidak, nyatanya aku tau namamu senpai.” Jawabku yang menyangkal pertanyaan senpai hendra tadi.

“baiklaahhh... sudah selesai. Haii... dozo! (*ini, silahkan .red)” jawab sang senpai  yang menyerahkan buku tugasku.

arigatou gozaimasu... hontou ni arigato...” jawabku yang berterimakasih pada senpai  hendra yang  bersedia membantuku.

haii, dou itashimashite yo, lily-chan. (*iya, sama-sama lily-chan .red)” balas senpai hendra sambil tersenyum padaku.

“baiklah, aku pulang duluan ya senpai, jaa nee... matta ashita yo? (*ddaahhh... sampai ketemu besok .red)” pamitku padanya.

Aku melangkahkan kakiku keluar dari gerbang sekolah. Langit senja berwarna jingga keemasan-lah yang setia menemani perjalananku pulang kerumah. Kulirik jam tangan mungil yang melingkar dipergelangan tangan kiriku telah menunjukkan pukul 6 sore. Ini sudah biasa. Aku sudah biasa pulang sore seperti ini. Karena jarak antara sekolah dengan rumahku yang tak seberapa jauh, aku pulang jalan kaki sampai kerumah. Bayang-bayang senpai hendra terus membayang di pikiranku. Hari ini begitu berkesan untukku. Bisa berbincang-bincang dan saling bertatap muka berduaan di perpustakaan saja telah membuatku senang. Terus kulangkahkan kaki ini sampai kerumah. Begitu sesampainya dikamarku, satu hal yang ingin kulakukan hanya ingin membersihkan diri dan setelah itu membungkus honmei choco untuk senpai hendra besok. Kutulis surat pernyataan cintaku di secarik kertas berwarna merah muda dengan tinta merah. Kuutarakan semua perasaanku selama ini kepadanya didalam surat tersebut. Aku tak peduli nanti balasan apa yang ia kirimkan ke rumahku, yang penting aku sudah beranikan diri untuk menyatakan perasaanku yang sebenarnya kepada senpai. Jujur, aku mulai menyimpan perasaan pada senpai hendra-kun sejak pertama kali masuk SMA. Tapi tahun lalu sayangnya aku masih belum punya cukup keberanian untuk memberinya honmei choco. Baru tahun ini aku mencoba memberanikan diri, itupun juga karena dorongan vita, shendy, dan ve yang menyuruhku untuk mengutarakan perasaanku yang sebenarnya pada senpai  lewat honmei choco dihari valentine besok.
.........................................

okashii.... okashii... okashii...
                Oishii... oishii... omae choco ni...
                                Hayaku tabetai okashii...”

Yaaa.... lagi lagi suara cempreng ve, dan shendy yang sedang bernyanyi merusak ketenangan pagiku dihari valentine ini. Jika 2 anak manusia ini sudah berkumpul, suara mereka bisa menyebabkan peningkatan volume polusi suara di kota tokyo.

“OHAYYOOO LILY-CHANNN!!!” sapa mereka ber-2 tepat ditelingaku. Rasanya gendang kupingku ingin meledak saat ini juga. Bahkan rumah keong dikupingku seperti ingin transmigrasi dari tempatnya.

hhaaii.... haaii... ohayoo... ve-chan, shendy-chan. Eehh... matte, vita-chan doko e demo? (*eehh... tunggu, dimana vita-chan? .red)” tanyaku yang pagi ini belum melihat vita-chan. Biasanya dia ada diantara mereka.

“vita belum datang, sepertinya dia ingin memberikan honmei choco-nya langsung ke senpai alvent. Oh ya, bagaimana dengan mu, lily-chan? Apa honmei choco-nya sudah kau berikan pada senpai  hendra-kun?” tanya ve-chan.

“aaahhh... belum. Mungkin nanti sepulang sekolah akan aku berikan padanya. Pasti saat ini dia sedang menerima banyak giri choco ataupun honmei choco dari siswi-siswi lainnya.” Jawabku sedikit merendah.

“tidak apa-apa, pelan-pelan saja. Aku yakin kau pasti bisa memberikannya langsung ke tangan senpai  hendra.” Jawab shendy-chan yang menyemangatiku.

“aaahhh, minnasan arigatou... (*terimakasih semuanya .red)” jawabku sambil tersenyum.

“ddaaahhh... lily-chan, kami harus memberikan honmei choco kami pada pria-pria kami dulu. Byee...” teriak ve-chan dari kejauhan.

Huuuuhhhh... enak jadi seperti mereka. Mereka berani mengungkapkan isi hati mereka pada pria pujaan hati mereka, dan beruntungnya cinta mereka telah direspon. Sedangkan aku? Kemungkinan mendapatkan cinta dari senpai hendra sepertinya hanya 1 banding 1000. Tapi hati seseorang siapa yang tau? Entahlah... biarkan saja ini berjalan dengan sendirinya. Jika memang dia untukku dan waktunya telah datang padaku, aku yakin semua akan indah pada waktunya. Tak sengaja saat aku hendak ke toilet, kulihat senpai hendra telah dikerebuti para siswi-siswi yang ingin memberikannya honmei choco milik mereka. Sekilas ia melihatku sambil melemparkan senyumannya yang selalu terlihat ramah itu kepadaku. Sampai jam pelajaran berlangsung pun, pikiranku tidak berfokus pada pelajaran, tapi aku memikirkan bagaimana caranya agar aku bisa memberikan coklat itu langsung ke tangan senpai  tanpa ada penghalang. Aku harap kejadian kemarin sore terulang kembali. Sebenarnya aku malu meberikan coklat itu saat siswi-siswi yang lain ikut memberikannya juga. Bell tanda kegiatan belajar mengajar telah berdentang berkali-kali. Sengaja aku pergi ke perpustakaan untuk menyimpan sisa-sisa keberanianku untuk bisa memberikan coklatku padanya. Kupilih tempat biasa aku duduk di perpustakaan ini. Berharap senpai juga datang ke perpustakaan ini, aku terus memeluk coklat honmei choco-ku. Aku ingin dia tau kalau aku tulus menyukainya. Jam demi jam telah berganti. Kulirik jam tangan mungil yang melingkar di pergelangan tanganku sudah menunjukkan pukul 6 sore lewat. Aaahh... apakah mungkin, senpai sudah pulang? Aku cemas, juga putus asa bercampur menjadi satu. Sampai sang librarian membuyarkan lamunanku, memberitahukan bahwa perpustakaannya akan ditutup. Dengan langkah gontai, kuseret kakiku keluar dari perpustakaan. Ya, suasana sekolah sudah sangat sepi. Tak ada siswa-siswi yang berlatih kendo, ataupun sekedar ekskul tambahan. Belum juga kakiku melangkah keluar gerbang sekolah, suara pria yang memanggil namaku begitu jelas kudengar. Bahkan kudengar suara derap langkah kaki yang sedang berlari menghampiriku. Suara itu... suara itu tak asing untukku. Itu suara orang yang kusukai. Ya, itu suara senpai  hendra.

“lily-chaannn.... liliy-chaaannn....” teriak senpai hendra berlari menghampiriku.

“aaahh... nani ka?? (*ada apa? .red)” tanyaku yang membalikkan badanku, hingga posisiku persis berhadapan dengannya.

“kau belum pulang?” tanyanya lembut meskipun bisa kudengar suara nafasnya yang berat. Mungkin ia lelah karena tadi berlari mengejarku.

“ya, seperti yang senpai lihat, aku masih belum pulang. Uuhhmmm... anoouu... chotto matte. (*uuhhmm... tunggu sebentar .red)” Tahanku pada senpai.

Kukeluarkan bungkusan berbentuk hati yang terbungkus kertas kado merah lengkap dengan pitanya yang berwarna putih dari dalam tas-ku. Meskipun tidak begitu besar coklat yang kuberikan padanya, Dengan malu-malu, kuberikan honmei choco­-milikku kepada senpai hendra. Dia menerimanya sambil tersenyum melihat coklat yang kuberikan.

arigatou gozaimasu. Aku senang kau berikan honmei choco ini untukku. Aku janji, aku akan memakannya nanti dirumah. Aku sangat suka sekali coklat. Mereka sangat manis dan menyenangkan, sepertimu.” Jawab senpai  hendra yang tersenyum sambil mengangkat daguku agar dapat menatap wajahnya.

“aahhh... iya, aku senang jika senpai dengan senang hati menerimanya.” Jawabku yang masih saja tersipu.

“sebagai tanda terimakasih, bagaimana jika hari ini kuantar pulang? Kau mau?” tawar senapai  hendra.

“uuhhmm... baiklah jika senpai yang menawarkannya.” Jawabku yang mengiyakan ajakannya.

ikimasho... (*ayoo cepat .red)” suruh senpai  hendra yang menginstruksikanku untuk naik ke atas jok motornya.
.....................................

Sungguh menyenangkan bisa pulang bersama otoko yang kucintai. Senpai hendra menyuruhku untuk mempererat pelukanku di pinggangnya. Aishite hajimemashita (*cinta pertama .red), Mungkinkah ini pertanda cintaku mulai bersemi di hari valentine ini? Jika aku bisa berharap, aku harapa waktu seperti ini jangan cepat untuk berlalu. Nyaman rasanya bila berada di dekat senpai hendra. Sampai sampai aku terlalu terhanyut dalam hangat dan nyaman pelukannya, aku tak sadar kalau kami ternyata sudah sampai di depan rumahku. Sambil tak lupa mengucapkan terimakasih, aku memperhatikannya sampai sosoknya benar-benar hilang dibalik kejauhan. Setidaknya, hari ini perasaanku sudah cukup lega, pasalnya dengan memberikan honmei choco kepada senpai, aku harap ia bisa mengerti dengan perasaanku yang sebenarnya pada dia. Yang harus kulakukan hanya tinggal menunggu sebulan lagi sampai hari white day tiba. Apapun nanti kado balasan yang ia berikan padaku, aku akan menerimanya, meski hanya sekedar sapu tangan sekalipun. Seperti biasa, buku mungil dengan cover merah inilah tempat aku mencurahkan semua isi hatiku. Buku ini pula yang dengan setia mendengarkan keluh kesah dan segala kisah suka maupun duka-ku. Kutuntun penaku agar ia menggoreskan tintanya menjadi serangkaian kata-kata diatas lembaran-lembaran putih bersih ini.

Tokyo, february 14th ...
“Kutulis kata demi kata hingga terkumpul menjadi satu kesatuan kalimat yang dapat mewakili perasaanku hari ini di kertas-mu yang begitu putih bersih ini, diary-ku tercinta. Meskipun dirimu hanya sebuah benda mati yang tak bisa mendengar ataupun merespon apa yang kukatakan, tapi bagiku... dirimu adalah teman setia yang selalu menjadi tempatku berkeluh kesah. Diary-ku sayang, selamat hari valentine ya?? Aku janji, aku akan selalu menyayangimu lebih daripada hari-hari kemarin. Sebagai hadiah valentine-ku untukmu, aku ingin bercerita tentang semua yang terjadi dihari ini. Sayangku, aku begitu senang sekali hari ini, kau tau mengapa? Hari ini perasaanku begitu lega dan bahagia karena bisa memberikan honmei choco-ku kepada senpai hendra-kun. Meski honmei choco yang kuberikan tak begitu besar dan mewah seperti yang diberikan oleh siswi-siswi lainnya, tapi aku tidak peduli. Semahal apapun atau semurah apapun barang yang kita beli, yang paling terpenting itu adalah perasaan tulus ikhlas yang menyertainya, bukan begitu diary-ku sayang? Kau tau tidak, respon yang diperlihatkan senpai hendra-kun kepadaku saat aku memberikan honmei choco-ku padanya?? Dia tersenyum begitu manisnya padaku. Dia juga mengatakan bahwa mereka (para coklat) sangat manis sepertiku. Diary sayang, kusudahi dulu ya kisah di hari ini? Selamat bermimpi indah diary-ku sayang... yume wo kawaii kanaeru. Oyasuminasai”

Ya, diary-ku memang benda paling spesial dalam kehidupanku. Mencoret-coret tubuh mereka dengan segala kisah kehidupanku adalah kebahagiaan tersendiri yang kurasakan. Tak lupa juga kutulis namaku dan senpai hendra di halaman selanjutnya dengan ornamen gambar gambar hati. Kucium diary-ku dan kuselimuti layaknya manusia. Aku harap, malam ini senpai  hadir dalam mimpi indahku. Amiiinn...
.......................................

1 month later, march 14th
Tepat sebulan berlalu setelah valentine’s day. Hari ini hari kamis, 14 maret. Itu artinya... ini white day? Yuupppss... ini saatnya para cowok-cowok yang telah diberikan honmei choco memberikan kado balasan kepada para cewek yang memberikannya coklat honmei. Sebetulnya, aku tak berharap begitu banyak, tapi semoga saja senpai hendra-kun mengirimkanku kado balasan di “hari putih” ini. Kulihat teman-teman sekelasku, terutama yang perempuan mendapatkan kado white day yang berbeda-beda dari cowok-cowok yang mereka taksir. Ada yang menangis tersedu-sedu sambil menghapus air matanya berkali-kali yang bercucuran dengan sapu tangan yang diberikan oleh cowok pujaannya, ada pula yang memakan kue sambil memasang wajah murung karena ternyata cowok yang mereka taksir sudah punya kekasih, ada pula yang mengemut permen lollypop besar dengan wajah kecewa bercampur perasaan terpaksa karena sang cowok hanya ingin berteman saja. Tapi mereka yang beruntung-lah yang dapat sebungkus marshmallow putih dari cowok pujaannya yang berarti cinta mereka diterima. Beruntung sekali mereka yang dapat marshmallow. Diantara teman-teman sekelasku yang beruntung mendapat marshmallow putih itu adalah ve-chan yang cintanya diterima oleh owi-kun, vita-chan yang cintanya diterima oleh senpai alvent, dan shendy-chan yang cintanya diterima oleh senpai age-san. Sedangkan aku? Mungkin hanya aku satu-satunya yang tidak mendapat balasan apapun. Tak ada sapu tangan, kue, permen, ataupun marshmallow putih di white day hari ini. Ke-3 sahabatku sepertinya heran. Pasalnya hanya aku siswi yang tidak dapat balasan apapun dari honmei choco yang kuberikan pada senpai hendra-kun. Sepertinya memang tak ada balasan sama sekali. Aku pun juga tak bisa menuntut banyak pada senpai hendra-kun. Bisa jadi karena begitu banyak siswi-siswi yang memberikannya honmei choco, ia lupa juga dengan coklat honmei  pemberianku. Biarlah, anggap saja itu hadiah yang tak perlu membutuhkan balasan, lagipula aku juga tulus memberikannya. Hari ini aku pulang cepat tidak seperti biasanya. Yang kuingin lakukan setelah pulang sekolah ini hanya menangis sepuasnya diatas kertas diary-ku. Aku tau klise memang alasannya aku menangisi orang yang entah dia memikirkanku juga atau tidak. Baru saja tangan ini kembali menari diatas kertas buku diary-ku, ibu-ku masuk kekamarku sambil membawakanku sebuah bingkisan berwarna biru muda. Biru muda adalah warna kesukaan senpai hendra. Aahhh... tapi tidak mungkin ini dari senpai.

“lily-chan, hora mite... (*lihatlah .red) ada bingkisan untukmu.” Panggil ibu-ku yang menyodorkan bingkisan biru muda tadi diatas meja belajarku.

dare wo, okassama (*dari siapa bu? .red)?” tanyaku yang tak ingin ibu melihatku menangis.

“entah, tidak ada nama pengirimnya. Hanya ada namamu dan alamatmu disini. Haaiii... dozo (*naahh... ini, silahkan .red) jawab ibu-ku yang kemudian berlalu dari kamarku.

Aku penasaran dengan apa yang ada dalam bingkisan tersebut, dan siapa orang yang mengirimnya. Kubuka perlahan kertas pembungkus bingkisan itu. Kulihat ada 4 kotak dengan ukuran berbeda dan secarik kertas. Kubaca surat yang tertulis di secarik kertas tersebut.

To : liliyana

“Sebelum kau buka ke-4 kotak tersebut, baca dahulu instruksi yang kuberikan. Pertama, buka kotak yang paling kecil yang berada di paling atas. Cepat! Karena setelah itu, kau akan tau apa isinya dan instruksi selanjutnya.”

Aku yakin, ini dari senpai  hendra-kun. Tapi aku bingung. Apa maksudnya surat ini? Ini seperti surat teka-teki. Perlahan, kuikuti perintah senpai  yang ada di surat tersebut. Kubuka kotak paling kecil yang ada dipaling atas kotak-kotak lainnya. Setelah kubuka isinya, ternyata ada sebuah sapu tangan dengan sulaman bergambar kelinci berwarna merah hati. Setelah kubentangkan sapu tangan itu, kulihat ada sepucuk surat terselip disana.

To : liliyana.

“terimakasih banyak atas honmei choco-nya yang kau berikan sebulan yang lalu, tapi tanpa mengurangi rasa hormatku, aku minta maaf. Aku menolak perasaanmu padaku. Aku tau itu berat bagimu, tapi menangislah, kuharap sapu tangan ini bisa jadi penghibur laramu saat ini.” Tapi, jangan berlarut-larut dalam kesedihan, masih ada 3 kotak lagi yang harus kau buka. Sekarang, bukalah kotak paling besar yang ada ditumpukkan paling bawah, dan kau akan tau apa yang ada didalamnya. Temukan kembali surat dan ikuti instruksi selanjutnya.”

Senpai hendra menolak perasaan cintaku padanya. Perlahan air mataku turun seperti yang ia prediksi. Sapu tangan kelinci ini... dia sangat tau kalau aku suka kelinci dan barang-barang berwarna merah. Tapi apapun yang ia berikan, aku terima. Aku tak mau buang waktu. Kubuka kotak paling besar yang ada dibagian paling bawah diantara tumpukkan 3 kotak tersebut. Setelah dibuka isinya, ada strawberry shortcake yang masih utuh. Dan kulihat dibawah kertas alas kue tersebut ada secarik kertas lagi. Apa maksudnya ini?

To : liliyana

“kuberikan strawberry shortcake ini untukmu. Jujur, aku sudah memiliki seseorang yang akan menempati singgasana didalam hatiku. Kuharap kamu jangan kecewa, aku ingin kau memakan kue ini agar rasa kecewamu tidak berlarut. Namun jangan berfokus terus pada kue ini. Masih ada 2 kotak lagi yang harus kau buka dan temukan lagi kertas instruksinya. Sekarang buka kotak nomor 3 yang paling panjang. Dan temukan surat perintahnya.”

Aku semakin bingung dengan maksud senpai  hendra. Sebenarnya apa maksudnya? Aku hanya bisa mengikuti perintah yang ia suruh, dan perlahan kubuka kotak nomor 3 yang fisiknya agak panjang. Setelah kubuka, isinya ternyata sebuah permen lollypop perpaduan warna biru, merah, hijau dan kuning. Apalagi maksudnya ini? Kubaca surat yang terselid di tangkai lollypop tersebut.

To : liliyana

“permen ini penuh warna dan terlihat sangat lezat. Aku juga ingin persahabatan kita seindah dan secerah warna-warni permen lollypop ini. Tapi sekali lagi maaf, aku hanya ingin berteman saja denganmu. Aku harap kita bisa terus berteman. Jangan sedih, walau begitu, kau kuanggap teman yang baik. Makanlah permen lollypop tersebut sedikit saja. Karena kalau tidak dimakan, aku dan permen itu mungkin saja bisa menangis. Tapi, jangan terlalu bernafsu menghabiskan permen itu, masih ada satu kotak misterius lagi yang harus kau buka. Itu kotak nomor 2 dan kau akan tau apa isinya. Disana, aku akan jelaskan apa maksud dari semua ini.”

Sumpah, aku bingung dengan jalan pikiran senpai  yang satu ini. Dia selalu saja membut teka-teki yang sulit. Aku tak buang-buang waktu. Kubuka kotak terakhir itu. Setelah kulihat, benar dugaanku, sebungkus marshmallow putih. Kubuka plastik kemasan marshmallow tersebut, dan kutemukan secarik kertas lagi didalamnya.

To : liliyana

“seputih marshmallow, selembut teksture-nya, kuharap aku bisa memiliki cinta sejati yang seputih dan sesuci marshmallow, dan mempunyai sifat yang lembut seperti teksture marshmallow itu sendiri. Sepertinya aku berubah pikiran. Mungkin aku mencintaimu, lily-chan. Tunggu beberapa saat lagi, karena seseorang nanti akan menghubungimu. Jika seseorang itu menghubungimu, cepatlah menengok ke bawah jendela kamarmu, dan kau akan temukan cinta sejatimu.”

Apa maunya senpai yang satu ini? Dia membuatku pusing. Tak lama setelah membaca surat tersebut, kulihat handphone-ku berdering menandakan panggilan masuk. Tak ada nomor ataupun identitas orang yang menelponku itu. Nomornya saja private number, aku yakin, ini pasti seperti yang diinstruksikan senpai hendra. Kuangkat panggilan masuk di handphone-ku dan segera saja aku melongok ke bawah jendela kamarku.

“hai lily-chan, kau kenal suaraku?”

“ss...sseennpaii hendra-kun?”

“yupppss... sekarang, turunlah dari kamarmu, kemudian temui aku disini. Jangan lupa, bawa ke-4 kado yang kuberikan padamu. Aku yakin, kau pasti sedang bingung memecahkan teka-teki 4 kado tersebut?”

“iya, baiklah... aku akan segera kesana. Tunggu aku senpai hendra-kun”

Aku berjalan keluar kamar menuju kedepan pagar rumahku sambil membawa 4 kotak bingkisan dari senpai  hendra-kun. Kulihat ia berdiri sambil menyembunyikan sesuatu dibalik punggungnya.

“lily-chan. Aku akan beritahu jawaban dari teka-teki 4 kado itu. Dengarkan baik-baik. Sapu tangan itu menandakan bahwa aku dengan sangat menyesal harus menolak perasaanmu. Jadi aku ingin disaat kau menangis, sapu tangan itu yang bisa mengusap air mata kesedihanmu itu. Lalu yang kedua, kotak paling besar berisi strawberry shortcake itu menandakan kalau aku punya seseorang yang telah menempati ruang hatiku. Jadi aku tidak ingin kau kecewa dan sedih berlarut-larut, jadi kue ini kuharap bisa mengembalikan keceriaanmu. Untuk kado yang ketiga, permen lollypop aneka warna itu kuharap kita bisa jadi sahabat yang baik. Aku ingin persahabatan kita penuh warna seperti lollypop itu. Dan yang terakhir, kado keempat berisi marshmallow putih, sepertinya setelah kupikir-pikir, aku menyukaimu juga. Jadi, jika ke-4 kado itu dijadikan satu, apa kau tau apa maksudnya?” tanya  senpai hendra-kun mengujiku.

“tidak, sepertinya aku tidak tau.” Jawabku polos.

“aaahh... baik, jadi filosofi dari keempat kado tersebut menandakan bahwa aku menolak cintamu karena aku sudah punya seseorang yang menghiasi warna-warni cinta dikehidupanku, tapi... aku ingin berteman denganmu karena bagiku kau lebih dari seorang teman, tapi perasaan yang kumiliki padamu seperti apa yang kau rasakan kepadaku. Jadi... aku ingin kau jadi kekasihku, lily-chan.” Jawab senpai  hendra-kun sambil tersenyum dengan manisnya.

Aku tidak percaya ternyata senpai memiliki perasaan yang sama sepertiku. Perlahan aku mulai tersipu. Dia terus saja menatapku sambil tersenyum. Tapi tiba-tiba, ia menarik lenganku dan dengan refleks, ia mencium pipi kananku.

ore wa... omoe ga sukida yo. Sore wa, hana o’ horimono wa anata desu. (aku... aku mencintaimu. Ini bunga untukmu .red)” jawab senpai hendra-kun yang memberikan rangkaian bunga lily putih segar untukku.

Hari ini yang membuatku bahagia, hari ini pula yang membuatku mengerti arti dari cinta yang sesungguhnya. Cinta kami akan terus tumbuh... tumbuh... dan terus tumbuh berkembang dengan indahnya, selamanya. Ia bagaikan coklat dalam hidupku, yang selalu membuatku merasakan kebahagiaan dan aku bagaikan marshmallow dalam hidupnya yang akan selalu memberikan kelembutan cinta yang kami jalani bersama. Honmei choco for hendra-kun senpai in valentine’s day, and white marshmallow from hendra-kun senpai on white day for my love confession.”

#The end...
Thankieesss for agan-agan BL yang udah mau mampir ke lapak aye. Sunnah koment, haram nge-bash, dan yang paling penting wajib shodaqoh cendolnya. Jangan jadi pembaca illegal, tinggalkan jejak berupa cendol. Dan dilarang keras untuk nge-repsol cerpen ane braayy... pertamax lebih baik daripada repsol punya orang? Suju? Siiipp... oke, akhir kata author undur diri, sekian dan terima gaji.

©2013, authorized and under licensed by :
Amelia ulfa.
 

Tidak ada komentar: