18 Sep 2013

Love like as cherry blossoms


Title       : love like as cherry blossoms.
Author  : amelia setsuna shan aka. Amelia ulfa.
Cast       : liliyana natsir as lily.
                 Hendra setiawan as hendra.
Genre   : oneshoot sad ending.
 OST       : christina perri – a thousand years.
******************
“biarlah bunga sakura yang mekar dan berguguran tersebut jadi saksi cinta kita disini. Aku tak ingin keabadian cinta kita hanya secepat bunga sakura yang berguguran sampai ke permukaan tanah yang kecepatannya 5cm/detik. Tapi aku ingin, cinta kita seperti bunga sakura yang meski berguguran tapi tetap selalu tumbuh dengan lebat dan memesona siapapun yang memandangnya.”
...............................................

 “lily...”
“iya, ada apa kamu memanggilku?”
“acara kelulusan SMA sudah berakhir ya?”
“ya begitulah hend, oh ya, apa planningmu setelah ini? Apakah terpikir olehmu untuk melanjutkan study ke luar negeri?”
“iya. Sepertinya 2 minggu lagi aku harus berangkat ke paris. Kau tau lily, aku diterima di sourbone university, aku senang sekali.”
“pasti menyenangkan sekali ya hend bisa mendapat beasiswa ke paris. Aku khawatir nanti seandainya kita benar-benar berpisah, kamu melupakanku.”
“tidak begitu lily, mana mungkin aku lupa dengan sahabatku sejak kecil. Oh ya lily, aku ingin memberimu sebuah kenang-kenangan untukmu. Sudikah kau tutup kedua matamu sebentar saja.”

Lily’s pov :
Acara kelulusan SMA telah berakhir, dibawah pohon bunga sakura yang rindang di musim semi di bukit belakang sekolah kami, Kututup kedua mataku dengan kedua telapak tangan ini seperti yang diinstruksikan oleh hendra. Kurasakan jemari hendra menari di leher jenjangku. Entahlah, apa yang dia lakukan padaku. Tiba-tiba ia menyuruhku untuk membuka mataku perlahan-lahan, dan kulihat sebuah kalung emas putih berliontin bentuk bintang dengan ukiran huruf H dan L. Ya, itu inisial dari nama kami. Kalung yang begitu cantik sekali. Aku tersenyum melihat pemberian hendra untukku. Perlahan, hendra memeluk tubuhku erat dari belakang. Dia letakkan dagunya ke pundakku. Sambil berbisik halus ditelinga, ia berucap ;

“aku pasti akan merindukan saat saat seperti hari ini dimana aku bisa memelukmu erat dibawah rindangnya pohon bunga sakura mekar di musim semi ini lily.”
“ya, aku pasti juga akan sangat merindukanmu hend. Kesempatan kita bertemu Cuma tinggal 2 minggu lagi ya, sebelum kamu pergi jauh ke paris mengejar cita-citamu?”
“lily, apa kamu tau, berapa kecepatan kelopak bunga sakura yang berguguran di musim semi seperti ini?”
“kurasa tidak.”
“kecepatan mereka saat berguguran adalah 5cm/detik. Disaat berguguran, mereka terlihat mempesona sekali diterpa cahaya sinar mentari di musim semi, mereka nampak cantik dan memukau seperti dirimu yang disinari cahaya mentari musim semi saat ini lily.”
“aaaahhhh... hendra, ternyata cowok sepintar dan seserius dirimu bisa juga menggombal ya??”
“lily-chan...”
“eehh... nani ka? (#ada apa .red)”
boku wa suki desu anata (#aku menyukaimu .red)”
atashiwa suki... suki... suki... suki desu anata, hendra-kun (#aku... sangat, sangat, sangat, sangat menyukaimu hendra .red)
“berjanjilah lily, jika kita sudah lulus kuliah nanti, kita akan bertemu lagi di bukit belakang sekolah ini.”
haii... wakatta (#ya... aku mengerti .red)! promise?
“trust me, lily-chan. Aku ingin, saat kau merindukan diriku, datanglah ke tempat ini setiap musim semi tiba. Aku akan pulang ke jepang dan menunggumu disini. Sangat mungkin bagi kita berdua untuk menyaksikan bunga sakura yang mekar dan berguguran di musim semi tahun depan, iya kan?”
“apa itu tidak terlalu lama? Aku tidak mungkin menunggu selama itu kan hend?”
“aku janji akan selalu menghubungimu setiap ada waktu luang, ataupun aku bisa mengirimkan surat ke rumahmu. Ne, lily chan, ayo pulang??”
hai... hayaku... (#ya, ayo cepat .red)”
...............................................

“kalung ini begitu cantik” batinku dalam hati. Kulihat pantulan diriku didepan cermin sesekali memperhatikan kalung pemberian hendra. kawaii desu ne? (#cantik .red). entah bagaimana nanti jika aku harus benar-benar terpisah oleh hendra. aku dan hendra memang telah bersahabat sejak kecil. Hendra yang pintar, hendra yang jago olahraga. Dimataku, hendra terlihat begitu sempurna sekali. Kelebihan yang dimilikinya selalu mampu menutupi kekuranganku. Jika dibilang sepasang kekasih, sepertinya tidak. Kami memang sahabat sejak kecil, tapi bukan berarti juga kami punya hubungan spesial seperti pacaran. Tapi aku tak bisa bohongi diri sendiri kalau aku memang menyukainya. Ya, aku hanya mencintainya secara diam-diam. Bagiku, melihatnya tertawa dan tersenyum saat berada didekatku itu sangat membahagiakan sekali. Lusa dia akan berangkat ke paris. namun, sebelum ia berangkat ke paris, aku ingin bertemu dengannya, menghabiskan sepanjang waktu seharian penuh bersamanya walaupun hanya melihat festival hana-mi sebentar saja. Aitakutte kimi ni, hendra-kun (#aku ingin bertemu denganmu hendra .red)
...........................................

@airport, 10.00 AM, hendra’s pov :
Tuhan, lily kemana?? Padahal sebentar lagi pesawatnya akan take-off. Mengapa perasaanku jadi tak enak begini??

ne, otoko-chan (#hei, anakkku .red), ayo segera masuk ke pesawat. Sebentar lagi pesawatnya akan take-off.”
chotto matte yo, otosan. (#tunggu sebentar, ayah .red). aku masih ingin menunggu lily. Tolong tunggu sebentar saja.”
“lily? Lho, barusan tadi ayah dapat kabar dari ayahnya kalau ia dirawat dirumah sakit karena infeksi liver.”
hontou desu ka (#benarkah .red)? ayah, aku ingin bertemu lily. Onegai (#tolonglah .red), aku ingin melihatnya, aku khawatir padanya.”
baka (#bodoh .red)! bagaimana dengan tiketnya? Sudah cepatlah masuk ke kabin pesawat. Yang paling terpenting saat ini adalah pendidikanmu hendra, lagipula gadis itu juga punya orang tua. Sudah, kejarlah cita-citamu. Ayah yakin, jika cita-citamu telah tercapai dengan sendirinya cinta akan mengejarmu.”

Dengan berat hati, kulangkahkan kakiku menuju ke kabin pesawat. Mengapa?? Mengapa disaat seperti ini aku tidak bisa bertemu lily? Lily pasti kesakitan, lily pasti membutuhkanku yang berada disampingnya. Tapi kesempatan untuk belajar di paris juga tak ingin ku sia-sia kan. Selamat tinggal lily. Aku janji, setiap musim semi tiba, aku akan bertemu denganmu di bukit belakang sekolah melihat sakura mekar.
.......................................

@tokyo hospital, 2 weeks latter. Lily’s pov :
Doko e demo (#dimana ini .red)?? kelihatannya ini bukan kamarku, tapi ini kamar rumah sakit? Oohh tidak... sudah hari apa ini? Aku ingin bertemu hendra di airport, namun aku terkejut melihat tanggal di kalender kamar inap-ku. Sekarang sudah tanggal 5 juni? Tidaakk.... tidak mungkin.... jika memang benar sekarang tanggal 5 juni, berarti hendra sudah benar-benar pergi ke paris kan?? Aku belum juga percaya, sampai-sampai aku menanyakan kepada suster. Berharap tgl di kalender tersebut hanya ulah orang iseng, tapi memang nyatanya sekarang sudah tanggal 5? Aku menangis tersedu sekeras yang kubisa. Tidaakkk.... ini semua bohong! Kulepaskan satu persatu selang infus yang melekat ditubuhku dengan tergesa, gesa. Suster yang melihat tingkahku semua mencegat tindakanku. Sedikit demi sedikit, aku ingat, lusa sebelum hendra pergi, sorenya aku sudah dibawa kerumah sakit karena infeksi liver. Kutanya pada suster ataupun dokter, mereka mengatakan tidak ada orang yang menjengukku selain orang tuaku. Aku terduduk lemas ditempat tidurku. Ini artinya, aku harus bersabar demi bertemu hendra tahun depan. Ya, masih ada 365 hari lagi untuk menunggu hendra kembali pulang ke tokyo untuk liburan musim semi. Menunggu adalah hal yang paling kubenci.
.......................................

Tahun demi tahun kulalui. Saat musim semi tiba adalah hal yang paling kutunggu-tunggu. Setiap hari di musim semi, seperti janji hendra, aku datang ke bukit belakang sekolah kami dulu demi melihat bunga sakura mekar bersama-sama. Ini adalah tahun pertama. 365 hari bukanlah kurun waktu yang singkat! Serasa lama sekali. Tapi mengapa?? Setiap hari di musim semi, aku sudah menunggu hendra ditempat yang dijanjikannya dulu, tapi sosok hendra tak pernah kutemukan datang kesini. Dari pagi hingga sore hari aku tak bosan menunggu dibukit ini demi bisa bertemu hendra. tapi nihil, sampai musim berganti pun tetap tak kutemukan sosok hendra. tak ada kabar, tak ada berita. Sepucuk surat ataupun short message atau mungkin panggilan masuk di handphoneku dari hendra pun tak ada. Apa mungkin... hendra benar-benar telah lupa padaku?? Apakah pesona gadis-gadis paris yang telah menyihir hatinya lantas sampai ia tak ingat lagi padaku? Baiklah, mungkin ia masih sibuk disana. Aku dapat memakluminya. Kuputuskan untuk kembali menunggu hendra hingga setahun kedepan. Tak pernah lelah aku menunggunya meskipun menunggu adalah hal yang paling membosankan.
.......................................

@paris, 8 years latter :
“darling?”
“iya?”
“kapan kita pulang ke jepang? Aku sangat ingin kembali ke tokyo untuk menghabiskan liburan musim semi disana. Nanti janji ya, kita lihat bunga sakura mekar disana. Sudah sangat lama sekali.”

#dhhheeeggg........

Entah mengapa, saat tunanganku, sansan mengatakan kata-kata musim semi dan bunga sakura mekar, otakku tiba-tiba jadi teringat janjiku pada seorang gadis 8 tahun yang lalu. Gadis manis berambut pendek dengan pipi bersemu merah seperti warna bunga sakura yang sedang bermekaran di musim semi. Aahhh... tapi siapa ya dia?? Aku masih ingat rupanya walau sedikit, tapi aku sudah lupa dengan namanya. Semejak kecelakaan 7 tahun lalu di bordeaux saat merayakan natal disana, aku mengalami amnesia parah, hingga aku bertemu dengan sansan.
.......................................

Lily’s pov :
Sudah 8 tahun lamanya aku menunggu hendra. tapi sepertinya ia memang benar-benar lupa ya padaku?? Jika aku sedih memikirkan hendra, hanya kalung ini yang bisa membuatku tersenyum. Bertahun-tahun ia hilang tanpa kabar. Kebetulan hari ini sudah masuk musim semi. Aku masih dengan sabar menunggu hendra di bukit belakang sekolah, meskipun saat ini aku harus memakai kursi roda karena sebelah kakiku yang diamputasi. Berharap keajaiban datang. saat aku datang kesana, kulihat hendra menunggu dibawah pohon bunga sakura mekar. Ya, aku tau kalau itu hendra, tapi ternyata ia tak sendiri. Kulihat sesosok wanita berdiri disampingnya. Perasaanku telah membuncah, hatiku telah bergejolak begitu hebatnya. Rasa rindu yang mendera serasa ingin kutumpahkan saat ini juga. Ingin rasanya kuberlari kepelukan hendra. perlahan, kudekati hendra dan menepukpelan bahunya. Ia sedikit terkejut dengan kehadiranku.

“hh...hheeenn... hheennddraa??”
“siapa kamu?? Menagapa kamu tau namaku?”
“hendra, iya kamu hendra kan? bagaimana mungkin aku bisa melupakanmu begitu saja?? hendra, aku rindu padamu.” Jawabku sambil memeluk pinggangnya.
“sayang, siapa wanita ini? Apakah ia temanmu, atau kekasihmu dimasa lalu?”
“aku tak tau dia itu siapa. Seingatku, aku tak punya teman cacat seperti dia.”

#dhheeggg....

Apa?? Apa yang dibilang hendra tadi benar-benar? Ia bilang ia tak punya teman cacat sepertiku?? Oh tuhan, ada apa ini? Kenapa saat aku baru saja dipertemukan dengan hendra, hendra malah berkata hal yang menyakitkan seperti itu?

“sudah, tinggalkan saja dia. Dan kamu, aku tak tau siapa kamu sebenarnya. Tak usah sok kenal denganku. Maaf permisi.” Jawba hendra yang pergi bersama wanita tadi.

Aku benar-benar terluka saat ini. Apa ini balasannya? Selama bertahun-tahun lamanya aku setia dan sabar menanti tapi apa balasannya seperti ini? Tak bisa dipercaya. Hendra benar-benar berubah sekarang, sampai sampai ia tak mengenaliku lagi? Aku pulang kembali kerumah dengan hati yang sudah terluka. Begitu sakit melihat keadaan seperti ini. Lama kelamaan, aku merasa sekujur tubuhku begitu sakit, terutama dibagian liver. Rasanya seperti tertusuk pedang tajam. Begitu sakitnya sampai-sampai aku tak sadarkan diri dan membuatku harus kembali masuk ke rumah sakit.
Lily’s pov end...


Hendra’s pov :
Gadis yang beberapa hari lalu mengingatkanku dengan seseorang di masa lalu. Kebetulan, aku sedang membuka-buka kembali buku tahunanku waktu SMA dulu. Tak sengaj, kulihat foto seorang gadis yang sangat mirip dengan gadis yang ada dibukit belakang sekolah tadi. Tak salah lagi, gadis dalam foto dibuku tahunan ini benar-benar dia. Kulihat namanya. L-I-L-Y?? Oh... astaga, jadi gadis tadi?? Lily? Kebetulan ayahku memperhatikanku yang sedari tadi memandangi foto lily. Tak lama ia berkata seperti ini :

“hend, kamu masih ingat lily kan?”
“yaa... aku baru saja mengingatnya yah. Sepertinya aku baru saja bertemu dengannya beberapa hari yang lalu.”
“kau sudah tau kabar tentang dia belum?”
“kabar apa?”
“dia diamputasi kakinya karena ada jaringan sel kulitnya yang membusuk dan harus bolak-balik operasi infeksi livernya.”
“jangan-jangan... gadis yang memakai kursi roda itu...”
“iya, itu lily. Ayah baru dapat kabar dari orang tuanya, katanya kondisi ia saat ini sedang kritis di rumah sakit. Sejak tadi pagi ia kejang-kejang, dan katanya ia selalu memanggil-manggil namamu, nak. Sebaiknya kamu ikut ayah ke tokyo hospital. Dia dirawat intensif disana.”
.......................................

Saat memasuki ruangan lily, kulihat sesosok tubuh tak berdaya tergeletak diatas temapt tidur. Dengan dibantu oksigen dan selang infus. Ya, tak salah lagi... ini lily, gadis yang telah lama ku khianati janjiku padanya. Kondisi dia saat ini sangat jauh berbeda saat terakhir kali kami bertemu di hari kelulusan SMA. Tubuhnya sudah begitu ringkih. Wajah manisnya sedikit demi sedikit mulai meredup. Kulihat kalung yang ia kenakan, itu adalah kalung pemberianku. Kuberanikan diri untuk mencium bibirnya yang mungil, berharap dia segera sadar dari komanya. Kurasakan gerakan-gerakan halus mulai menyentuh tanganku. Sepertinya lily sudah sadar.

“henndd...??”
hai, atashiwa...”
“senang bisa bertemu denganmu.”
“aku juga lily.”
“janji ya.. jangan pergi lagi.”
“iya, aku janji, akan ada disini sampai kamu sembuh.”

Sejurus kemudian, lily memelukku erat, begitu erat. Seakan-akan tak ingin berpisah denganku. Kurasakan kehangatan dibalik pelukannya. Sambil berkata lirih, ia mengatakan ;

“janji padaku, jangan pernah pergi lagi. Aku sudah sangat menderita kehilangan dirimu 8 tahun tanpa kabar.”
“tidak, aku ingin disini, memelukmu terus sampai kau benar-benar sembuh lily.”
“meskipun kamu meninggalkanku sampai 1000 tahun, selama itu pula-lah aku akan terus mencintaimu. Bahkan sampai nyawa ini terlepas dari raga.”
“jangan bilang begitu lily. Aku belum siap untuk kehilanganmu.”

Makin lama, pelukannya makin erat, semakin erat. Dia mendesis seperti merasakan sakit yang begitu mendalam. Cepat-cepat kupanggil suster dan dokter untuk memeriksa lily. Kulihat dari luar kamarnya, lily kembali kejang-kejang. Tapi kali ini sangat  menyedihkan sekali keadaannya. Ia memberontak dan terus mengejang kesakitan. Sampai akhirnya ia terhempas ke tempat tidurnya. Kulihat dokter dan suster mulai melepas alat oksigen serta infus dari tubuhnya. Dokter keluar dan memberi tahukan kabar yang membuatku bagai tersambar petir di siang bolong.

“maaf tuan, nona lily sepertinya sudah tak bisa diselamatkan lagi. Infeksi di livernya sudah sangat parah. Sekali lagi maaf atas kabar yang tak mengenakkan ini. Kami selaku tim medis mengucapkan bela sungkawa sedalam-dalamnya. Ikhlaskanlah dia. Kini nona lily sudah tenang di alam abadi.”

Benar-benar bagai tersambar petir di siang bolong. Kejadiannya seperti sekejap mata. Padahal baru saja ia memelukku tadi kan? Tapi kenapa? Belum juga rinduku terobati, lily harus kembali ke alam abadi? Jenazah lily pun dimakamkan keesokan harinya, kulihat tubuhnya yang sudah dimasukkan ke dalam peti mati. Di musim semi yang indah seperti ini, ia harus meregang nyawanya. Memori-memori di masa lalu kembali terngiang lagi dikepalaku. Aku menyesal, sudah mengingkari janjiku pada lily. Aku bisa rasakan seberapa sabarnya ia menungguku 8 tahun lamanya.
..............................

“lily...”
“iya??”
“aku mencintaimu sampai 1000 tahun lagi.”
“me too... aku akan bersabar meski sampai 1000 tahun lagi menunggu kepulanganmu kembali ke dalam kehidupanku, hendra.”
“biarlah bunga sakura yang mekar dan berguguran tersebut jadi saksi cinta kita disini. Aku tak ingin keabadian cinta kita hanya secepat bunga sakura yang berguguran sampai ke permukaan tanah yang 5cm/detik. Tapi aku ingin, cinta kita seperti bunga sakura yang meski berguguran tapi tetap selalu tumbuh dengan lebat dan memesona siapapun yang memandangnya.”
“semoga... semoga cinta ini akan tetap bermekaran seperti sakura.”
.......................................

#the end....

©2013, authorized by ;
Amelia ulfa.

Tidak ada komentar: