Title : love like as cherry blossoms.
Author : amelia setsuna shan aka. Amelia ulfa.
Cast : liliyana natsir as lily.
Hendra setiawan as
hendra.
Genre : oneshoot sad ending.
OST :
christina perri – a thousand years.
******************
“biarlah bunga sakura yang mekar dan berguguran tersebut jadi saksi
cinta kita disini. Aku tak ingin keabadian cinta kita hanya secepat bunga
sakura yang berguguran sampai ke permukaan tanah yang kecepatannya 5cm/detik.
Tapi aku ingin, cinta kita seperti bunga sakura yang meski berguguran tapi
tetap selalu tumbuh dengan lebat dan memesona siapapun yang memandangnya.”
...............................................
“lily...”
“iya, ada apa kamu memanggilku?”
“acara kelulusan SMA sudah berakhir ya?”
“ya begitulah hend, oh ya, apa planningmu setelah ini?
Apakah terpikir olehmu untuk melanjutkan study ke luar negeri?”
“iya. Sepertinya 2 minggu lagi aku harus berangkat ke paris.
Kau tau lily, aku diterima di sourbone university, aku senang sekali.”
“pasti menyenangkan sekali ya hend bisa mendapat beasiswa ke
paris. Aku khawatir nanti seandainya kita benar-benar berpisah, kamu
melupakanku.”
“tidak begitu lily, mana mungkin aku lupa dengan sahabatku
sejak kecil. Oh ya lily, aku ingin memberimu sebuah kenang-kenangan untukmu.
Sudikah kau tutup kedua matamu sebentar saja.”
Lily’s pov :
Acara kelulusan SMA telah berakhir, dibawah pohon bunga
sakura yang rindang di musim semi di bukit belakang sekolah kami, Kututup kedua
mataku dengan kedua telapak tangan ini seperti yang diinstruksikan oleh hendra.
Kurasakan jemari hendra menari di leher jenjangku. Entahlah, apa yang dia
lakukan padaku. Tiba-tiba ia menyuruhku untuk membuka mataku perlahan-lahan,
dan kulihat sebuah kalung emas putih berliontin bentuk bintang dengan ukiran
huruf H dan L. Ya, itu inisial dari nama kami. Kalung yang begitu cantik
sekali. Aku tersenyum melihat pemberian hendra untukku. Perlahan, hendra
memeluk tubuhku erat dari belakang. Dia letakkan dagunya ke pundakku. Sambil
berbisik halus ditelinga, ia berucap ;
“aku pasti akan merindukan saat saat seperti hari ini dimana
aku bisa memelukmu erat dibawah rindangnya pohon bunga sakura mekar di musim
semi ini lily.”
“ya, aku pasti juga akan sangat merindukanmu hend.
Kesempatan kita bertemu Cuma tinggal 2 minggu lagi ya, sebelum kamu pergi jauh
ke paris mengejar cita-citamu?”
“lily, apa kamu tau, berapa kecepatan kelopak bunga sakura
yang berguguran di musim semi seperti ini?”
“kurasa tidak.”
“kecepatan mereka saat berguguran adalah 5cm/detik. Disaat
berguguran, mereka terlihat mempesona sekali diterpa cahaya sinar mentari di
musim semi, mereka nampak cantik dan memukau seperti dirimu yang disinari
cahaya mentari musim semi saat ini lily.”
“aaaahhhh... hendra, ternyata cowok sepintar dan seserius
dirimu bisa juga menggombal ya??”
“lily-chan...”
“eehh... nani ka?
(#ada apa .red)”
“boku wa suki desu
anata (#aku menyukaimu .red)”
“atashiwa suki...
suki... suki... suki desu anata, hendra-kun (#aku... sangat, sangat,
sangat, sangat menyukaimu hendra .red)
“berjanjilah lily, jika kita sudah lulus kuliah nanti, kita
akan bertemu lagi di bukit belakang sekolah ini.”
“haii... wakatta (#ya...
aku mengerti .red)! promise?
“trust me, lily-chan. Aku ingin, saat kau merindukan diriku,
datanglah ke tempat ini setiap musim semi tiba. Aku akan pulang ke jepang dan
menunggumu disini. Sangat mungkin bagi kita berdua untuk menyaksikan bunga
sakura yang mekar dan berguguran di musim semi tahun depan, iya kan?”
“apa itu tidak terlalu lama? Aku tidak mungkin menunggu
selama itu kan hend?”
“aku janji akan selalu menghubungimu setiap ada waktu luang,
ataupun aku bisa mengirimkan surat ke rumahmu. Ne, lily chan, ayo pulang??”
“hai... hayaku...
(#ya, ayo cepat .red)”
...............................................
“kalung ini begitu cantik” batinku dalam hati. Kulihat
pantulan diriku didepan cermin sesekali memperhatikan kalung pemberian hendra. kawaii desu ne? (#cantik .red). entah
bagaimana nanti jika aku harus benar-benar terpisah oleh hendra. aku dan hendra
memang telah bersahabat sejak kecil. Hendra yang pintar, hendra yang jago
olahraga. Dimataku, hendra terlihat begitu sempurna sekali. Kelebihan yang
dimilikinya selalu mampu menutupi kekuranganku. Jika dibilang sepasang kekasih,
sepertinya tidak. Kami memang sahabat sejak kecil, tapi bukan berarti juga kami
punya hubungan spesial seperti pacaran. Tapi aku tak bisa bohongi diri sendiri
kalau aku memang menyukainya. Ya, aku hanya mencintainya secara diam-diam. Bagiku,
melihatnya tertawa dan tersenyum saat berada didekatku itu sangat membahagiakan
sekali. Lusa dia akan berangkat ke paris. namun, sebelum ia berangkat ke paris,
aku ingin bertemu dengannya, menghabiskan sepanjang waktu seharian penuh
bersamanya walaupun hanya melihat festival hana-mi
sebentar saja. Aitakutte kimi ni,
hendra-kun (#aku ingin bertemu denganmu hendra .red)
...........................................
@airport, 10.00 AM,
hendra’s pov :
Tuhan, lily kemana?? Padahal sebentar lagi pesawatnya akan
take-off. Mengapa perasaanku jadi tak enak begini??
“ne, otoko-chan
(#hei, anakkku .red), ayo segera masuk ke pesawat. Sebentar lagi pesawatnya
akan take-off.”
“chotto matte yo,
otosan. (#tunggu sebentar, ayah .red). aku masih ingin menunggu lily. Tolong
tunggu sebentar saja.”
“lily? Lho, barusan tadi ayah dapat kabar dari ayahnya kalau
ia dirawat dirumah sakit karena infeksi liver.”
“hontou desu ka
(#benarkah .red)? ayah, aku ingin bertemu lily. Onegai (#tolonglah .red), aku ingin melihatnya, aku khawatir
padanya.”
“baka (#bodoh
.red)! bagaimana dengan tiketnya? Sudah cepatlah masuk ke kabin pesawat. Yang
paling terpenting saat ini adalah pendidikanmu hendra, lagipula gadis itu juga
punya orang tua. Sudah, kejarlah cita-citamu. Ayah yakin, jika cita-citamu
telah tercapai dengan sendirinya cinta akan mengejarmu.”
Dengan berat hati, kulangkahkan kakiku menuju ke kabin
pesawat. Mengapa?? Mengapa disaat seperti ini aku tidak bisa bertemu lily? Lily
pasti kesakitan, lily pasti membutuhkanku yang berada disampingnya. Tapi
kesempatan untuk belajar di paris juga tak ingin ku sia-sia kan. Selamat
tinggal lily. Aku janji, setiap musim semi tiba, aku akan bertemu denganmu di
bukit belakang sekolah melihat sakura mekar.
.......................................
@tokyo hospital, 2
weeks latter. Lily’s pov :
Doko e demo
(#dimana ini .red)?? kelihatannya ini bukan kamarku, tapi ini kamar rumah
sakit? Oohh tidak... sudah hari apa ini? Aku ingin bertemu hendra di airport,
namun aku terkejut melihat tanggal di kalender kamar inap-ku. Sekarang sudah
tanggal 5 juni? Tidaakk.... tidak mungkin.... jika memang benar sekarang
tanggal 5 juni, berarti hendra sudah benar-benar pergi ke paris kan?? Aku belum
juga percaya, sampai-sampai aku menanyakan kepada suster. Berharap tgl di
kalender tersebut hanya ulah orang iseng, tapi memang nyatanya sekarang sudah
tanggal 5? Aku menangis tersedu sekeras yang kubisa. Tidaakkk.... ini semua
bohong! Kulepaskan satu persatu selang infus yang melekat ditubuhku dengan
tergesa, gesa. Suster yang melihat tingkahku semua mencegat tindakanku. Sedikit
demi sedikit, aku ingat, lusa sebelum hendra pergi, sorenya aku sudah dibawa
kerumah sakit karena infeksi liver. Kutanya pada suster ataupun dokter, mereka
mengatakan tidak ada orang yang menjengukku selain orang tuaku. Aku terduduk
lemas ditempat tidurku. Ini artinya, aku harus bersabar demi bertemu hendra
tahun depan. Ya, masih ada 365 hari lagi untuk menunggu hendra kembali pulang
ke tokyo untuk liburan musim semi. Menunggu adalah hal yang paling kubenci.
.......................................
Tahun demi tahun kulalui. Saat musim semi tiba adalah hal
yang paling kutunggu-tunggu. Setiap hari di musim semi, seperti janji hendra,
aku datang ke bukit belakang sekolah kami dulu demi melihat bunga sakura mekar
bersama-sama. Ini adalah tahun pertama. 365 hari bukanlah kurun waktu yang
singkat! Serasa lama sekali. Tapi mengapa?? Setiap hari di musim semi, aku
sudah menunggu hendra ditempat yang dijanjikannya dulu, tapi sosok hendra tak
pernah kutemukan datang kesini. Dari pagi hingga sore hari aku tak bosan menunggu
dibukit ini demi bisa bertemu hendra. tapi nihil, sampai musim berganti pun
tetap tak kutemukan sosok hendra. tak ada kabar, tak ada berita. Sepucuk surat
ataupun short message atau mungkin panggilan masuk di handphoneku dari hendra
pun tak ada. Apa mungkin... hendra benar-benar telah lupa padaku?? Apakah
pesona gadis-gadis paris yang telah menyihir hatinya lantas sampai ia tak ingat
lagi padaku? Baiklah, mungkin ia masih sibuk disana. Aku dapat memakluminya.
Kuputuskan untuk kembali menunggu hendra hingga setahun kedepan. Tak pernah
lelah aku menunggunya meskipun menunggu adalah hal yang paling membosankan.
.......................................
@paris, 8 years
latter :
“darling?”
“iya?”
“kapan kita pulang ke jepang? Aku sangat ingin kembali ke
tokyo untuk menghabiskan liburan musim semi disana. Nanti janji ya, kita lihat
bunga sakura mekar disana. Sudah sangat lama sekali.”
#dhhheeeggg........
Entah mengapa, saat tunanganku, sansan mengatakan kata-kata
musim semi dan bunga sakura mekar, otakku tiba-tiba jadi teringat janjiku pada
seorang gadis 8 tahun yang lalu. Gadis manis berambut pendek dengan pipi
bersemu merah seperti warna bunga sakura yang sedang bermekaran di musim semi.
Aahhh... tapi siapa ya dia?? Aku masih ingat rupanya walau sedikit, tapi aku
sudah lupa dengan namanya. Semejak kecelakaan 7 tahun lalu di bordeaux saat
merayakan natal disana, aku mengalami amnesia parah, hingga aku bertemu dengan
sansan.
.......................................
Lily’s pov :
Sudah 8 tahun lamanya aku menunggu hendra. tapi sepertinya
ia memang benar-benar lupa ya padaku?? Jika aku sedih memikirkan hendra, hanya
kalung ini yang bisa membuatku tersenyum. Bertahun-tahun ia hilang tanpa kabar.
Kebetulan hari ini sudah masuk musim semi. Aku masih dengan sabar menunggu
hendra di bukit belakang sekolah, meskipun saat ini aku harus memakai kursi
roda karena sebelah kakiku yang diamputasi. Berharap keajaiban datang. saat aku
datang kesana, kulihat hendra menunggu dibawah pohon bunga sakura mekar. Ya,
aku tau kalau itu hendra, tapi ternyata ia tak sendiri. Kulihat sesosok wanita
berdiri disampingnya. Perasaanku telah membuncah, hatiku telah bergejolak
begitu hebatnya. Rasa rindu yang mendera serasa ingin kutumpahkan saat ini juga.
Ingin rasanya kuberlari kepelukan hendra. perlahan, kudekati hendra dan
menepukpelan bahunya. Ia sedikit terkejut dengan kehadiranku.
“hh...hheeenn... hheennddraa??”
“siapa kamu?? Menagapa kamu tau namaku?”
“hendra, iya kamu hendra kan? bagaimana mungkin aku bisa
melupakanmu begitu saja?? hendra, aku rindu padamu.” Jawabku sambil memeluk
pinggangnya.
“sayang, siapa wanita ini? Apakah ia temanmu, atau kekasihmu
dimasa lalu?”
“aku tak tau dia itu siapa. Seingatku, aku tak punya teman
cacat seperti dia.”
#dhheeggg....
Apa?? Apa yang dibilang hendra tadi benar-benar? Ia bilang
ia tak punya teman cacat sepertiku?? Oh tuhan, ada apa ini? Kenapa saat aku
baru saja dipertemukan dengan hendra, hendra malah berkata hal yang menyakitkan
seperti itu?
“sudah, tinggalkan saja dia. Dan kamu, aku tak tau siapa
kamu sebenarnya. Tak usah sok kenal denganku. Maaf permisi.” Jawba hendra yang
pergi bersama wanita tadi.
Aku benar-benar terluka saat ini. Apa ini balasannya? Selama
bertahun-tahun lamanya aku setia dan sabar menanti tapi apa balasannya seperti
ini? Tak bisa dipercaya. Hendra benar-benar berubah sekarang, sampai sampai ia
tak mengenaliku lagi? Aku pulang kembali kerumah dengan hati yang sudah
terluka. Begitu sakit melihat keadaan seperti ini. Lama kelamaan, aku merasa
sekujur tubuhku begitu sakit, terutama dibagian liver. Rasanya seperti tertusuk
pedang tajam. Begitu sakitnya sampai-sampai aku tak sadarkan diri dan membuatku
harus kembali masuk ke rumah sakit.
Lily’s pov end...
Hendra’s pov :
Gadis yang beberapa hari lalu mengingatkanku dengan seseorang
di masa lalu. Kebetulan, aku sedang membuka-buka kembali buku tahunanku waktu
SMA dulu. Tak sengaj, kulihat foto seorang gadis yang sangat mirip dengan gadis
yang ada dibukit belakang sekolah tadi. Tak salah lagi, gadis dalam foto dibuku
tahunan ini benar-benar dia. Kulihat namanya. L-I-L-Y?? Oh... astaga, jadi
gadis tadi?? Lily? Kebetulan ayahku memperhatikanku yang sedari tadi memandangi
foto lily. Tak lama ia berkata seperti ini :
“hend, kamu masih ingat lily kan?”
“yaa... aku baru saja mengingatnya yah. Sepertinya aku baru
saja bertemu dengannya beberapa hari yang lalu.”
“kau sudah tau kabar tentang dia belum?”
“kabar apa?”
“dia diamputasi kakinya karena ada jaringan sel kulitnya
yang membusuk dan harus bolak-balik operasi infeksi livernya.”
“jangan-jangan... gadis yang memakai kursi roda itu...”
“iya, itu lily. Ayah baru dapat kabar dari orang tuanya,
katanya kondisi ia saat ini sedang kritis di rumah sakit. Sejak tadi pagi ia
kejang-kejang, dan katanya ia selalu memanggil-manggil namamu, nak. Sebaiknya
kamu ikut ayah ke tokyo hospital. Dia dirawat intensif disana.”
.......................................
Saat memasuki ruangan lily, kulihat sesosok tubuh tak
berdaya tergeletak diatas temapt tidur. Dengan dibantu oksigen dan selang
infus. Ya, tak salah lagi... ini lily, gadis yang telah lama ku khianati
janjiku padanya. Kondisi dia saat ini sangat jauh berbeda saat terakhir kali
kami bertemu di hari kelulusan SMA. Tubuhnya sudah begitu ringkih. Wajah
manisnya sedikit demi sedikit mulai meredup. Kulihat kalung yang ia kenakan,
itu adalah kalung pemberianku. Kuberanikan diri untuk mencium bibirnya yang
mungil, berharap dia segera sadar dari komanya. Kurasakan gerakan-gerakan halus
mulai menyentuh tanganku. Sepertinya lily sudah sadar.
“henndd...??”
“hai, atashiwa...”
“senang bisa bertemu denganmu.”
“aku juga lily.”
“janji ya.. jangan pergi lagi.”
“iya, aku janji, akan ada disini sampai kamu sembuh.”
Sejurus kemudian, lily memelukku erat, begitu erat.
Seakan-akan tak ingin berpisah denganku. Kurasakan kehangatan dibalik
pelukannya. Sambil berkata lirih, ia mengatakan ;
“janji padaku, jangan pernah pergi lagi. Aku sudah sangat
menderita kehilangan dirimu 8 tahun tanpa kabar.”
“tidak, aku ingin disini, memelukmu terus sampai kau
benar-benar sembuh lily.”
“meskipun kamu meninggalkanku sampai 1000 tahun, selama itu
pula-lah aku akan terus mencintaimu. Bahkan sampai nyawa ini terlepas dari
raga.”
“jangan bilang begitu lily. Aku belum siap untuk
kehilanganmu.”
Makin lama, pelukannya makin erat, semakin erat. Dia
mendesis seperti merasakan sakit yang begitu mendalam. Cepat-cepat kupanggil
suster dan dokter untuk memeriksa lily. Kulihat dari luar kamarnya, lily
kembali kejang-kejang. Tapi kali ini sangat menyedihkan sekali keadaannya. Ia memberontak dan
terus mengejang kesakitan. Sampai akhirnya ia terhempas ke tempat tidurnya.
Kulihat dokter dan suster mulai melepas alat oksigen serta infus dari tubuhnya.
Dokter keluar dan memberi tahukan kabar yang membuatku bagai tersambar petir di
siang bolong.
“maaf tuan, nona lily sepertinya sudah tak bisa diselamatkan
lagi. Infeksi di livernya sudah sangat parah. Sekali lagi maaf atas kabar yang
tak mengenakkan ini. Kami selaku tim medis mengucapkan bela sungkawa
sedalam-dalamnya. Ikhlaskanlah dia. Kini nona lily sudah tenang di alam abadi.”
Benar-benar bagai tersambar petir di siang bolong.
Kejadiannya seperti sekejap mata. Padahal baru saja ia memelukku tadi kan? Tapi
kenapa? Belum juga rinduku terobati, lily harus kembali ke alam abadi? Jenazah
lily pun dimakamkan keesokan harinya, kulihat tubuhnya yang sudah dimasukkan ke
dalam peti mati. Di musim semi yang indah seperti ini, ia harus meregang
nyawanya. Memori-memori di masa lalu kembali terngiang lagi dikepalaku. Aku
menyesal, sudah mengingkari janjiku pada lily. Aku bisa rasakan seberapa
sabarnya ia menungguku 8 tahun lamanya.
..............................
“lily...”
“iya??”
“aku mencintaimu sampai 1000 tahun lagi.”
“me too... aku akan bersabar meski sampai 1000 tahun lagi
menunggu kepulanganmu kembali ke dalam kehidupanku, hendra.”
“biarlah bunga sakura yang mekar dan berguguran tersebut
jadi saksi cinta kita disini. Aku tak ingin keabadian cinta kita hanya secepat
bunga sakura yang berguguran sampai ke permukaan tanah yang 5cm/detik. Tapi aku
ingin, cinta kita seperti bunga sakura yang meski berguguran tapi tetap selalu
tumbuh dengan lebat dan memesona siapapun yang memandangnya.”
“semoga... semoga cinta ini akan tetap bermekaran seperti
sakura.”
.......................................
#the end....
©2013, authorized by
;
Amelia ulfa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar